PERISTIWA

Orang Dekat Ungkap Kesaksian Hari-hari Terakhir DN Aidit, Terlihat Panik Sampai Kakinya Lecet

DEMOCRAZY.ID
Oktober 01, 2022
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
Orang Dekat Ungkap Kesaksian Hari-hari Terakhir DN Aidit, Terlihat Panik Sampai Kakinya Lecet

Orang Dekat Ungkap Kesaksian Hari-hari Terakhir DN Aidit, Terlihat Panik Sampai Kakinya Lecet

DEMOCRAZY.ID - Dua orang dekat DN Aidit, Munir dan Kusno, menceritakan hari-hari terakhir tokoh utama PKI itu sebelum ditangkap pada 22 November 1965 lalu.


Hari-hari terakhir DN Aidit yang bernama asli Achmad Aidit sesuai kesaksian orang dekatnya diisi kepanikan dan enggan melanjutkan perjuangan atau revolusi.


Sebelum ditangkap tentara, semangatnya berapi-api karena DN Aidit ini memang petinggi di masa Soekarno. Jabatannya menteri koordinator sekaligus wakil ketua MPRS.


DN Aidit adalah Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (CC PKI).


Kusno, salah seorang pengawal pribadi Aidit menceritakan penangkapan Aidit ini seperti dikutip dari buku G30S Dan Kejahatan Negara.


Dalam situasi diburu tentara, DN Aidit yang lahir dengan nama Achmad Aidit di Pulau Belitung ini mencoba terus bertahan.


Kusno, pengawal pribadi Aidit yang kemudian tertangkap dan dipenjara, menceritakan hal itu.


“Aidit hidup dalam keadaan dikejar-kejar, karena penyelesaian politik yang diharapkan dari Presiden Soekarno tidak kunjung tiba,” katanya.


Selama dikejar-kejar, kondisi fisik Aidit kurang bagus. Menurut Kusno, ia tidak bisa berjalan kaki jarak jauh.


Kakinya lecet kena sepatu yang dipakainya, sehingga beberapa kali terpaksa digendong Kusno.


Pemandangan Aidit digendong Kusno dari satu desa ke desa lain menarik perhatian orang lain. Apalagi ternyata Aidit di saat persembunyian itu masih mengenakan pakaian menteri.


Pada pertengahan Oktober 1965, Kusno, pengawal pribadi Aidit, diperintah untuk mencari kontak ke Jakarta.


Kusno meninggalkan Aidit di rumah salah seorang anggota PKI Jawa Tengah.


Sementara itu Munir, salah seorang tokoh Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) juga memberikan kesaksian hari-hari terakhir DN Aidit.


Dia mengaku sempat bertemu Aidit. Munir yang kelak tertangkap dalam operasi militer di Blitar Selatan, melihat Aidit sudah kehilangan semangat.


Dalam perbincangan itu, dia melihat Aidit terlihat panik. Juga tidak tampak isyarat hendak melanjutkan perjuangan atau revolusi seperti yang dia gaungkan selama itu.


Munir tidak menerima petunjuk apa pun dari ketua partainya. Yang banyak terlihat dari Aidit justru rasa penyesalannya.


“Borjuasi memang kuat betul, sudah digoyang-goyang begitu rupa belum juga bisa tumbang,” kata DN Aidit seperti dikutip dari G30S Dan Kejahatan Negara.


Munir yang pada tahun 1967-1968 terlibat aktif mempraktikkan tesis Kritik Oto Kritik (KOK) Sudisman di Blitar Selatan, Jawa Timur, menyimpulkan DN Aidit bukan seorang pemimpin yang tangguh. [Democrazy/pojoksatu]

Penulis blog