DEMOCRAZY.ID - SIAPA yang sangka jika salah satu kerabat kandung Letjen Siswondo Parman, jenderal yang menjadi korban G30S PKI merupakan salah satu petinggi di Partai Komunis Indonesia.
Ia adalah Sakirman, kakak kandung sang Jenderal.
Dilansir dari Ensiklopedia Pahlawan Nasional serta arsip Okezone, dapat dilihat bahwa S. Parman dikenal sebagai jenderal yang cerdas yang juga sebagai adik dari petinggi PKI.
Siswondo Parman lahir pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah.
Pada masa pendudukan Jepang S. Parman bekerja pada Jawatan Kenpeitai. Dia pernah ditangkap, karena dicurigai Jepang namun akhirnya dilepas kembali.
Dirinya bahkan dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Markas Besar Palisi Tentara di Yogyakarta.
Pada bulan Desember 1949 S. Parman diangkat sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya, Kemudian menjadi Kepala Staf G dan mendapat tugas belajar pada Military Police School di Amerika Serikat tahun 1951, kembali ke tanah air dengan tugas di Kementerian Pertahanan.
Berada di lingkaran anti-PKI, sikap S. Parman kerap dipertanyakan, lantaran sang kakak, Ir. Sakirman merupakan anggota Politbiro PKI.
Sakirman juga merupakan pemimpin laskar rakyat bersenjata sayap kiri di Jawa Tengah.
Terlepas dari statusnya sebagai adik dari petinggi PKI, S. Parman merupakan salah satu jenderal paling disegani.
Kemampuan intelejensi S. Parman yang mumpuni membuatnya sangat diandalkan dalam berbagai gerakan perlawanan terhadap PKI.
Tahun 1959, S. Parman kembali diangkat sebagai Atase Militer Rl di London dan 5 tahun kemudian ditugaskan sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat dengan pangkat mayor jenderal.
Sebagai perwira intelijen yang berpengalaman S. Parman banyak mengetahui usaha-usaha pemberontakan PKl untuk membentuk Angkatan Kelima.
Pada 1 Oktober 1965 dinihari Mayor Jenderal S. Parman diculik oleh gerombolan PKI dan dibunuh.
Mayatnya ditemukan di Daerah Lubang Buaya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. [Democrazy/oke]