DEMOCRAZY.ID - Pakar Semiotika Institut Teknologi Bandung (ITB) Acep Iwan Saidi menanggapi sambutan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia I di Bandung terkait wacana jabatan presiden tiga periode.
Dalam sambutan itu, Jokowi diduga berkeinginan memperpanjang masa jabatannya menjadi tiga periode.
Acep menduga pidato Jokowi saat itu memang tampak informal tapi sebetulnya dirancang.
Acep awalnya menganalisis ucapan tentang Jokowi yang meminta dibisiki calon presiden pilihan para relawan Jokowi dalam Musra tersebut.
“Lalu kemudian dari situ disusul dengan kalimat berikutnya bahwa tentang apa yang disebut apa yang terjadi di masa lalu, beberapa waktu yang lalu ketika presiden tiga periode itu kemudian diributkan dan itu kan artinya bisik itu sebetulnya mengarah ke situ, titik pentingnya sebetulnya di situ ke yang dibicarakan setelah itu ya,” ucap Acep, Rabu 31 Agustus 2022.
Hal itu disampaikan dalam Adu Perspektif bertema “Polemik di Balik Relawan Usul Jokowi Capres Lagi” di yang disiarkan detikcom dengan kolaborasi bersama Total Politik, Rabu 31 Agustus 2022.
“Nah kemudian itu di sambung dengan sikap bahwa saya akan taat konstitusi dan kemudian kehendak rakyat. Lalu ditanya rakyatnya kan, rakyatnya di depan tadi itu ditanya, siapa yang dikehendaki? Kan Bapak gitu ya,” sambungnya.
Acep menduga inti dari pidato Jokowi itu sebetulnya ingin menegaskan kepada publik begitu rakyat ingin memilih kembali Jokowi jadi presiden.
“Nah sekarang kita lihat bahwa di sini tampak jelas dengan begitu memang Pak Jokowi berkeinginan untuk tiga periode itu ya, itu satu ya keinginan untuk tiga periode itu,” ujarnya.
Sebagai informasi, saat ini masa jabatan presiden Indonesia dibatasi 2 periode.
Jika Jokowi ingin taat konstitusi, menurutnya, semestinya Jokowi melarang isu presiden 3 periode dibicarakan.
“Nah dia kemudian memainkan retorikanya untuk menunjukkan sikap yang taat kepada konstitusi, padahal sebetulnya kalau Pak Jokowi memang taat kepada konstitusi dan konstitusi sekarang belum diubah presiden itu 2 periode, maka sebetulnya Pak Jokowi kan harus mengatakan ‘jangan membicarakan lagi’,” terangnya.
Selanjutnya, Acep bicara narasi sejarah untuk melihat karakter dalam teori semiotika.
Ia mengulas jawaban Jokowi saat menjabat Wali Kota Solo yang ditanya tentang keinginannya menjadi Presiden RI.
“Saya masih ingat dulu ketika Pak Jokowi masih di Solo, kemudian ditanya apakah bapak akan ingin menjadi presiden? Lalu Pak Jokowi mengatakan saya kan tukang kayu dan lain-lain seperti itu. Jadi itu kan bahasa orang Jawa sebetulnya ya, jadi dari bahasa dengan latar belakang culture gitu yang malu-malu tapi sebetulnya mau kan,” ujarnya.
Hingga berita ini ditayangkan, belum ditemukan tanggapan dari pihak Jokowi terkait dugaan 3 periode yang dikatakan oleh Pakar Semiotika Institut Teknologi Bandung (ITB) yakni Acep Iwan Saidi. [Democrazy/terkini]