DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik dari lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio atau Hensat menilai penyebaran tabloid Anies Baswedan yang dilakukan oleh relawan di sebuah Masjid di Kota Malang, Jawa Timur, bukan sebuah pelanggaran.
Hensat beranggapan, tabloid yang disebar itu bukan curi star Pilpres.
Sebab kata dia, hal itu juga banyak dilakukan oleh pihak lain di media sosial.
"Menurut saya ini bukan mencuri start-lah. Ini inisiatif pendukung aja dan itu banyak dilakukan. Ini kan kebetulan lewat tabloid. Pendukung-pendukung calon presiden yang lain kan juga banyak melakukan itu tapi lewat medsos kan jadi nggak ada bedanya sebetulnya," kata Hensat, Rabu 21 September 2022.
Hanset mengatakan, tabloid Anies masih wajar selama kontennya tidak menyerang pihak lain.
"Menurut saya wajar-wajar saja selama kontennya itu tidak menyerang orang lain dan yang saya tahu konten itu tidak menjelek-jelekkan orang lain, tidak melakukan black campaign kepada yang lain," katanya.
Menurutnya, tidak ada yang salah tabloid disebar di Masjid. Diamenyebut bahwa itu bukan politik identitas.
"Memang apa yang salah dengan menyebarkan informasi di masjid? Kan nggak salah juga. Terus kemudian tuduhan bahwa menyebarkan tabloid Anies di rumah ibadah itu politik identitas, masa iya?" lanjutnya.
Hensat mengatakan, tabloid itu juga masih disebar terbatas. Tidak dalam bentuk yang banyak.
"Dan kemudian, peredarannya kelihatannya masih terbatas, ini kan ramai aja di media sosial. Kita nggak tahu siapa yang bikin," katanya.
Hanset menyayangkan pihak-pihak yang menyerang Anies terkait tabloid itu dengan menyebut politik identitas.
"Jadi jangan kemudian hal-hal ini dianggap sebagai sebuah hal negatif apalagi saya baca di medsos yang pertama menginformasikan ini menganggap dimulainya kampanye politik identitas. Lho, gimana? Tentang politik identitas aja nggak ngerti," katanya.
"Jadi hal-hal ini sebetulnya justru harus segera diklarifikasi oleh orang yang menyebarkan informasi ini."
"Jangan kemudian disebarkan tanpa informasi yang lengkap sehingga membuat banyak spekulasi dan persepsi publik terhadap tabloid itu," pungkasnya.
Wali Kota Malang Marah!
Wali Kota Malang Sutiaji ikut marah dengan beredarnya tabloid berisikan kampanye terhadap Anies Baswedan yang disebar di di Masjid Al Amin, Jalan Pelabuhan Tanjung Perak saat salat Jumat pekan lalu.
Sutiaji meminta agar Masjid tidak dijadikan tempat untuk urusan politik.
"Jangan membawa dan menarik-narik urusan berbau politik ke tempat ibadah. Walaupun domainnya itu domainnya ibadah masing-masing," tegas Sutiaji, Senin 19 September 2022.
Sutiaji menilai, tabloid berupa dukungan kepada tokoh tertentu untuj Capres 2024 disebar ke Masjid, bisa picu pro kontra di tengah umat.
"Nanti dapat menimbulkan kekacauan umat, pro dan kontra. Jangan sampai nilai-nilai baik yang ada di sana itu hilang," imbuhnya.
Sutiaji mengatakan, pihaknya akan mengeluarkan sutat edaran untuk Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Malang agar kejadian serupa tak terulang kembali.
Surat edaran itu diharapkan bisa mengantisipasi munculnya kontraproduktif di tengah masyarakat.
"Saya akan memberikan anjuran untuk DMI (Dewan Masjid Indonesia). Akan saya suruh buat selebaran, surat edaran ya, supaya tidak terjadi kontraproduktif. Jadi ini tempat ibadah jangan sampai dibuat untuk kampanye atau sebagainya," ungkapnya.
Selain itu, surat edaran itu juga sebagai langkah antisipasi agar umat tak ditarik ke kepentingan politik.
"Iya lebih awal (antisipasi), jangan ditarik-tarik, karena kasihan umat nanti. Kalau di tempat umum, saya kira silakan. Kalau di masjid saya akan buat selebaran ke DMI (Dewan Masjid Indonesia)," tukasnya. [Democrazy/FIN]