DEMOCRAZY.ID - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) meminta masyarakat memakai azas praduga tak bersalah dalam kasus penembakan Brigadir Yosua di kediaman Irjen Ferdy Sambo.
Bamsoet menyampaikan, dalam kasus tewasnya Brigadir Yosua ini, keluarga Irjen Sambo disudutkan.
"Kita kedepankan azas praduga tak bersalah. Yang kasihan yang jadi korban keluarga Sambo ini, istri, anak, keluarga besar, sahabatnya. Padahal belum ada bukti atau fakta hukum resmi. Itu gunanya koordinasi. Kan platform banyak," ujar Bamsoet dalam Forum Tematik Bakohumas MPR RI, Kamis (4/8).
Bamsoet menilai, narasi yang dibangun di publik terkait kasus tersebut mengakibatkan pihak dari keluarga Sambo mendapat tuduhan dan kecaman yang merugikan.
"Padahal penegak hukum atau tim belum sampaikan bukti hukum. Tapi narasi yang beredar yang dibangun seolah, wah. Nah, ini peran humas kepolisian harus lebih giat dan koordinasi dengan Bakohumas. Jangan biarkan kawan kita di Humas Polri sendirian," beber dia.
Bamsoet kemudian mengingatkan agar peran humas pemerintahan tidak boleh kalah dengan para buzzer di media sosial. Lebih lagi dalam hal ini Humas Kepolisian.
Menurutnya, tugas para buzzer mengaburkan keberhasilan yang sudah dicapai oleh para kementerian dan lembaga, sehingga humas harus lebih giat lagi menyampaikan fakta ke publik terkait keberhasilan kementerian dan lembaga terkait.
"Masa (humas polisi) kalah sama buzzer? Kita kalah dengan serangan pihak yang tidak ingin lihat pemerintahan ini sukses. Hanya ingin sajikan berita bahwa rakyat terus alami kemiskinan, pembodohan dan ketidakadilan. Itu yang selalu digambarkan. Kalian diberi anggaran besar baik kementerian atau lembaga. Buzzer serabutan," tuturnya.
Ia pun mengimbau para humas baik kementerian dan lembaga di pemerintahan agar tidak hanya membangun narasi yang baik tapi juga dapat mempengaruhi pembaca.
Selain itu, ia juga meminta agar para humas lebih adaptif dengan kecanggihan teknologi.
"Kalimat nggak usah panjang, tapi bisa gugah dan ubah persepsi publik. Memperbanyak penggunaan digital dan media sosial dalam menyampaikan peristiwa, bukan lagi dengan rilis dan berita konvensional," pungkasnya. [Democrazy]