DEMOCRAZY.ID - Mabes Polri menyatakan, baku tembak antara Brigadir Joshua dan Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu, dipicu pelecehan yang dilakukan Brigadir Joshua terhadap istri Ferdy Sambo.
Ternyata, istri Ferdy Sambo itu sejatinya sudah melaporkan pelecehan ke Polres Jakarta Selatan.
Laporan itu dibuat Nyonya Sambo hanya sehari berselang setelah baku tembak ajudan suaminya, di rumah dinas Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.
Hal ini sebagaimana dikutip dari tulisan Dahlan Iskan berjudul "Bisik-Bisik Keras" yang tayang di Disway.id, pada Selasa (19/8/2022).
“Dari penelusuran saya, ternyata Ny. Sambo sebenarnya sudah melapor ke polisi. Ke Polres Jakarta selatan,” ungkap dia.
“Itu tanggal 9 Juli 2022. Berarti hanya satu hari setelah tembak-menembak,” sambungnya.
Disebutkan bahwa Ny Sambo sendiri yang melaporkan ke polisi.
Bukan suami atau menyuruh salah satu anak buahnya.
“Ini menyangkut ketentuan pelaporan. Untuk jenis laporan yang berkaitan dengan seks tidak boleh diwakilkan,” jelas Dahlan Iskan.
Atas ketentuan itu pula, istri Ferdy Sambo itu harus melapor secara pribadi.
“Soal apakah dia datang ke Polres atau orang Polres yang datang ke rumahnya itu soal lain,” kata mantan Menteri BUMN itu.
Sementara terkait kenapa laporan dilayangkan sehari setelah yang dilaporkan meninggal dunia, itu sepenuhnya hak dari pelapor.
Akan tetapi, Dahlan Iskan menyebut bahwa wartawan yang ngepos di Polres Metro Jakarta Selatan sejatinya sudah mengetahui atau mulai mengetahui adanya pelaporan yang dilakuan Ny Sambo.
Namun dengan berbagai pertimbangan, pelaporan Ny Sambo itu tidak langsung ditulis atau diberitakan.
“Kelihatannya wartawan memang mulai tahu. Tapi belum mau menulis. Bisa saja karena belum berhasil mendapat konfirmasi. Atau sengaja diminta menunggu keterangan resmi,” kata dia.
Karena itu, mau tidak mau wartawan pun musti menunggu saat polisi memberikan keterangan resmi.
“Itulah sebabnya Polri melakukan konferensi pers tanggal 11 Juli 2022,” lanjut Dahlan Iskan.
Ia juga menilai bahwa sangat banyak pertanyaan yang tidak terjawab dari konferensi pers yang dilakukan Mabes Polri terkait baku tembak ajudan Ferdy Sambo itu.
Demikian juga dengan kejanggalan yang berceceran dalam alur cerita peristiwa yang terjadi pada Jumat 8 Juli 2022 terebut.
“Tapi setidaknya wartawan sudah mulai bisa menulis. Wartawan juga mulai punya pijakan untuk melakukan reportase,” tandas Dahlan Iskan mengakhiri pemmbahasan soal istri Ferdy Sambo.
Dahlan Iskan Puji Media Yang Pertama Kali Memuat Peristiwa Penembakan: ‘Kok Hebat Banget’
Dalam tulisannya, Dahlan menyanjung media yang pertama kali mengangkat peristiwa ‘polisi tembak polisi’ di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat 8 Juli 2022.
Menariknya, Dahlan Iskan berniat memberi penghargaan kepada media tersebut, khususnya kepada wartawan yang menulis.
Sayang, mantan wartawan majalah Tempo pada 1976 itu tak menemukan jawabannya.
“Saya ingin memberi penghargaan kepada media pertama itu. Kok hebat banget,” tulis Dahlan Iskan.
Lantaran penasaran itu, Dahlan pun mencari tahu lewat beberapa pimpinan media, termasuk bos atau pemilik media.
Jawabannya sama. Tidak satu pun media yang bisa mengklaim pertama kali mengungkap peristiwa yang kini begitu viral hingga media-media internasional ikut memberitakan.
Ternyata, yang menjadi pijakan media adalah konferensi pers yang digelar 11 Juli 2022.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan yang pertama kali menyampaikan adanya insiden berdarah itu.
Nah, dari bahan konferensi pers itulah wartawan sudah mulai bisa menulis peristiwa yang terjadi. Minimal sebagai pijakan reportase.
“Di zaman sekarang, ternyata cara merahasiakan peristiwa sensitif masih sama. Termasuk soal tembak-menembak polisi itu. Sampai tiga hari kemudian pun belum ada wartawan yang tahu. Hebat sekali. Kalau itu di zaman Orde Baru tidak ada yang heran. Ini terjadi di zaman medsos,” sambung Dahlan Iskan.
Di bagian lain, Dahlan juga menyebut, wartawan tertolong oleh ‘bisik-bisik-keras’ media sosial.
Sehingga, wartawan punya alasan untuk melakukan konfirmasi ke sumber yang kompeten.
“Itulah yang disebut fakta model baru. Di dunia media masa kini,” imbuhnya.
Lalu mengapa rahasia yang begitu rapat itu akhirnya dibuka ke publik.
Kemungkinan pertama, sebut Dahlan, sudah berkembang bisik-bisik di lingkungan terbatas Polri.
Baru pascakonfrensi pers, insiden polisi tembak polisi itu pun ramai.
Penyajian di masing-masing media beragam. Isinya pun tak lepas dari ‘bumbu’ yang dikemas sedemikian rupa. [Democrazy/DW]