DEMOCRAZY.ID - Mantan Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengungkap visa 46 calon haji Indonesia yang dideportasi oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi merupakan hasil editan Adobe Photoshop.
Agus Maftuh menegaskan visa yang dipakai 46 calon haji itu palsu.
"Arab Saudi tidak pernah menerbitkan visa haji dengan format dan model aneh seperti itu," kata Agus Maftuh dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (5/7/2022).
Agus, yang juga staf pengajar UIN Sunan Kalijaga, mengungkap sejumlah kejanggalan di balik dokumen 46 calon haji itu. Berikut di antaranya:
1. Nomor visa terdiri dari 11 digit, seharusnya 10 digit
2. Barcode sangat aneh dan tidak terbaca oleh sistem
3. Jumlah kolom berbeda dengan visa haji yang original
4. Tidak ada watermark (potongan ayat Al-Qur'an surat Al-Hujurat: 13 ditulis dengan gaya 'tsulusi' melingkar, di tengah-tengah ada lambang kurma dan pedang)
5. Font berbeda dengan yang original. Visa original memakai font 'kufi' style kotak
6. Ada kolom 'entry type' yang tidak pernah dikenal dalam visa haji yang dikeluarkan oleh Kerajaan Arab Saudi. Entry type ini biasanya dipakai untuk visa kunjungan, visa bisnis dan juga visa wisata (siyahah) yaitu single entry (masuk sekali) dan multiple entry (masuk beberapa kali)
7. Ada kolom berisi 'code' yang juga tidak pernah dikenal di visa haji original.
8. Tidak ada kolom 'Hajj Company' dan nama Muassasah.
9. Tidak ada kolom 'local services (al-hidmah al-maidaniyyah)' dan tidak ada 'border number (raqm al-hudud)'
Kepastian soal visa palsu itu didapat Agus Maftuh setelah melihat printout visa dan dilakukan digital forensic.
Dokumen tersebut, kata Agus Maftuh, merupakan produk modifikasi dengan mengambil format sampel visa Arab Saudi yang biasa dipergunakan untuk tujuan wisata (siyahah) dan visit (ziarah).
Pria yang juga pernah menelusuri dokumen rahasia jaringan teroris Al-Qaeda itu meyakini pelaku pemalsuan visa haji tersebut menggunakan software Adobe Photoshop atau Adobe Illustrator.
Namun Agus Maftuh belum bisa memastikan tempat yang memproduksi visa palsu tersebut.
"Kok bisa terbang ya? Apa di Bandara tidak ada yang cek validasi visa? Sebenarnya mudah sekali mengenali visa haji asli dan palsu dilihat dari karakteristiknya," ujar Agus Maftuh.
Selama bertugas di Saudi, Agus Maftuh menegaskan istilah visa 'furoda' tidak dikenal dalam sistem visa Kerajaan Saudi.
Menurut dia, sistem Kerajaan Saudi hanya mengenal 'courtesy visa' atau visa mujamalah yang biasanya merupakan penghormatan terhadap tokoh-tokoh yang berjasa dalam penguatan hubungan bilateral Saudi dengan negara tertentu.
Perihal 46 calon haji korban visa palsu itu, Agus Maftuh meyakini Allah telah mencatat niat baik mereka. Dia berdoa agar mereka diberikan pahala atas niat baik tersebut. [Democrazy]