DEMOCRAZY.ID - Presiden Joko Widodo dinilai telah mengecewakan publik karena klaim misi perdamaian yang ia gembar-gemborkan tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Terbukti dengan bantahan tidak langsung dari Rusia dan Ukraina yang menyebut Jokowi telah mengirimkan pesan Presiden Volodymyr Zelensky kepada Presiden Vladimir Putin.
Jurubicara Kremlin, Dmitry Peskov menyebut tidak ada pesan tertulis yang dititipkan oleh Zelensky kepada Jokowi.
"Tidak ada pesan tertulis. Hanya itu yang bisa saya katakan," ujarnya, ketika wartawan mengonfirmasi klaim Jokowi telah menyampaikan pesan Zelensky kepada Putin.
Di sisi lain, Sekretaris Pers Kepresidenan Ukraina, Serhii Nikiforov tampaknya meragukan jika Zelensky telah menitipkan pesan pada Jokowi.
"Untuk bentuk pesan apapun, jika Presiden Ukraina ingin menyampaikannya pada seseorang, ia akan melakukannya secara publik dalam pidato harian," ucap Nikiforov, seperti dikutip Pravda
Berbicara dalam pernyataan bersama Putin di Moskow beberapa waktu lalu, Jokowi mengatakan telah menyampaikan pesan Zelensky kepada presiden Rusia.
Jokowi juga menyatakan kesiapan menjadi jembatan komunikasi dua pemimpin tersebut.
"Saya menyampaikan pesan dari Presiden Zelensky kepada Presiden Putin, dan menyatakan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi di antara kedua pemimpin," kata Jokowi.
"Diplomasi Mie"
Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia diklaim membawa misi perdamaian, mendorong dua negara yang tengah berkonflik itu untuk membuka ruang dialog perdamaian, atau gencatan senjata.
Tetapi menurut Nikiforov, pembicaraan antara Zelensky dan Jokowi memiliki fokus pada upaya membuka blokade pelabuhan Ukraina, bukan misi perdamaian.
"Indonesia adalah salah satu importer terbesar gandum dari Ukraina, dan blokade pelabuhan-pelabuhan Ukraina menjadi fokus pembicaraan antara dua presiden," jeasnya.
Dalam hal ini, Ukraina menyatakan blokade dan gangguan ekspor gandum ke Indonesia sepenuhnya merupakan tanggung jawab Rusia.
"Inilah yang dibahas secara detail oleh Volodymyr Zelensky dan Joko Widodo," tambah dia.
Sementara itu, selama pembicaraan dengan Putin, Jokowi menyebut telah mendapatkan jaminan keamanan dari Rusia untuk jalur pasokan pangan dan pupuk.
"Saya sangat menghargai Presiden Putin yang tadi menyampaikan bahwa memberikan jaminan keamanan untuk pasokan pangan dan pupuk, baik dari Rusia maupun Ukraina. Ini sebuah berita yang baik," terang Jokowi.
Putin, lanjut Jokowi, juga sudah menjamin keamanan jalur ekspor produk pangan Ukraina, terutama yang melalui laut.
Sebuah analisis dari mantan diplomat Australia, David Engel juga menilai kunjungan Jokowi tidak dimaksudkan untuk misi perdamaian.
Alih-alih sebagai upaya Jokowi mengamankan pasokan pangan dan energi demi kepentingannya sebagai warisan di periode terakhir.
"Penilaian terbaik dari kunjungan Widodo ke Kremlin bahwa dia benar-benar berpikir bisa menengahi bahkan gencatan senjata apalagi dialog, itu adalah naif dan tidak adil," kata Enger dalam tulisannya di The Strategist pada 29 Juni 2022.
Engel menyoroti, Indonesia merupakan salah satu pengimpor gandum terbesar di dunia, yang memperoleh 25 persen pasokannya dari Ukraina pada 2021.
Di Indonesia gandum sendiri digunakan untuk membuat mie, salah satu panganan yang paling populer.
Tetapi dengan kurangnya paskan gandum, maka banyak harga pangan naik, memicu ketidakpuasan masyarakat, yang dikhawatirkan bisa berujung pada protes besar-besaran.
Jokowi juga tampaknya belajar dari fenomena kenaikan harga minyak.
"Bagi sebagian orang, misi Widodo ke Moskow mungkin akan memunculkan kenangan tentang idealisme (Mohammad) Hatta.. Tapi bagi yang lain, ini setidaknya tentang mie," pungkas kepala Australian Strategic Policy Institute (ASPI) Indonesia itu. [Democrazy]