DEMOCRAZY.ID - Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani menginginkan presiden periode 2029-2034 merupakan alumni Universitas Indonesia (UI).
"Saya tadi berbisik meskipun Pak Ketua Umum Projo (Budi Arie Setiadi) pendukung kuat Pak Presiden dari UGM (Joko Widodo), tapi harus punya cita-cita meski tidak 2024, ya 2029 dari UI lah masa UGM terus," ungkap Arsul dalam Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan ILUNI UI, Sabtu (11/6).
Ia mengatakan tak masalah mulai bergerak untuk pemilihan umum pada 2029 mendatang.
Sebab, jika calon presiden dari UI mengikuti pemilu pada 2024, maka akan bersaing dengan Budi yang gencar mendukung PDIP.
"Kalau 2024 nanti kita jadi persaingan dengan Ketua Umum Projo (Budi). Arahnya 2029 saja," imbuhnya.
Oleh karena itu, Arsul mengatakan salah satu tugas calon ketua umum ILUNI UI adalah mengidentifikasi alumni hebat yang berpotensi menjadi presiden periode 2029-2034 mendatang.
"Kalau Anda mau terpilih (menjadi ketua umum ILUNI berikutnya), salah satu program Anda mengidentifikasi para alumni yang hebat-hebat untuk menjadi calon presiden (capres) 2029," papar Arsul.
Dalam kesempatan yang sama, Budi mengatakan UI memang harus terlibat dalam setiap peristiwa besar di RI.
Ketika UI bergerak, maka wajah Indonesia akan berubah.
"Pada 1945, 1966, 1998, ketika UI bergerak, wajah Indonesia berubah. Maka dari itu saya harapkan alumni UI merumuskan juga langkah-langkah tantangan Indonesia pada 2045. Ini kampus pembawa nama bangsa," ujar Budi.
Meski begitu, ia tetap mengeluarkan lelucon bahwa UI adalah kampus luar biasa dengan identitas jaket kuning, namun hati tetap merah alias PDIP.
"UI saya luar biasa bangga walaupun jaket kuning, tapi saya yakin hatinya merah. Saya selalu diledekin, kuning lambang kejayaan, warna warni di UI luar biasa," kata Budi.
Sementara, Kepala Staf Presiden PKS Pipin Sopian menyatakan terdapat tiga hal yang harus dimiliki calon presiden 2024-2029 mendatang. Pertama, seseorang yang mengedepankan solidaritas.
"Ini yang sedang dicari. Presiden yang menyatukan kita, jadi tidak terpecah belah. Presiden yang tidak berpikir untuk diri sendiri," terang Pipin.
Kedua, sosok pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan bangsa saat ini.
Ketiga, pemimpin yang memberikan warisan berupa regenerasi yang baik. [Democrazy/cnn]