DEMOCRAZY.ID - Formula E Jakarta selesai digelar pada Sabtu (4/6) kemarin.
Meski acara itu mengundang animo tinggi masyarakat, bagi politikus PDIP Gilbert Simanjuntak acara tersebut tidak luar biasa.
Sebab jumlah penontonnya tidak tinggi bila dibandingkan dengan biaya penyelenggaraannya.
Bahkan menurut anggota fraksi PDIP DPRD DKI itu, penonton acara dangdutan lebih banyak dari Formula E.
"Saya tidak melihat sesuatu yang luar biasa, dalam artian 10 ribu orang di podium dengan biaya Rp 750 miliar. Anda kebayang tidak? dangdutan cuma Rp 30 juta, bisa 20 ribu hadir," kata Gilbert, Senin (6/6).
"Konser Slank mungkin Rp 100 juta, bisa 100 ribu yang hadir. Ini Rp 750 miliar kan tidak wajar. Gimana Anda bisa lihat ini berhasil kalau dari segi jumlah?" tambah dia.
Bicara soal tiket, sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut tiket di dalam area sirkuit terjual sebanyak 22 ribu atau sold out.
"Kita bersyukur penjualan tiket sudah tuntas, kita nanti dalam sini ada sekitar 22 ribu orang yang berada di dalam kawasan sirkuit ini," kata Anies saat meninjau sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara, Rabu (1/6).
Formula E Tidak Menguntungkan
Lebih jauh Gilbert juga mengungkapkan ajang Formula E menggunakan APBD.
Masalahnya, menurut Gilbert tidak semua warga DKI senang uang tersebut digunakan untuk menggelar Formula E.
"Apalah kalian rela uang APBD dipakai buat ini? APBD kan uang rakyat juga. Masalahnya tidak ada yang rela rakyatnya. Masa kemudian mereka minta kredit ke bank mesti bayar cicilan, ini hilang begitu saja," ungkap Gilbert.
Bagi Gilbert yang diuntungkan dalam penyelenggaraan Formula E ialah operator acara tersebut, yakni Formula E Operation (FEO), bukan Jakarta.
Sebab mereka bisa menggelar balapan di Jakarta tanpa modal, justru Jakarta yang harus keluar uang.
"Sebenarnya pertanyaan mendasar buat saya satu. Tolong kutip baik-baik, apakah gubernur ini bekerja buat FEO atau warga DKI? Ini pertanyaan mendasar, karena itu yg menikmati siapa? FEO. Yang muji siapa? FEO," kata Gilbert.
Menurut Gilbert, ajang balap mobil listrik itu juga tidak setenar MotoGP maupun Formula 1.
Bahkan dibanding Jakarta, lebih terkenal Jakarta dibanding Formula E.
"Saya katakan Formula E itu tidak lebih terkenal daripada Jakarta. Jakarta jauh lebih terkenal dari Formula E. Kalau katakan itu MotoGP atau Formula 1 betul. Formula E? Beberapa negara juga mundur, karena merugi dan tidak mau mengerjakan. Orang FEO juga mengakui merugi," pungkas Gilbert. [Democrazy/kumparan]