DEMOCRAZY.ID - Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Trimedya Panjaitan terlihat perdebatan dengan relawan Ganjar Pranowo yang juga Ketua Umum Koordinator Nasional Ganjarist, Eko Kuntadhi. Trimedya masih menyoroti prestasi hingga relawan Ganjar.
Trimedya awalnya mempersoalkan Ganjar yang disebut layak meneruskan Joko Widodo.
Bagi dia, hal itu hanya asumsi dari relawan Ganjar. Dia mengatakan sudah mengenal Ganjar sejak 2004 atau saat sama-sama sebagai anggota DPR.
Trimedya mengaku diinstruksikan Taufik Kiemas agar membantu Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah di periode pertama pada 2013.
Saat itu, dia diperintahkan Taufiek Kiemas untuk rajin ke Semarang jelang Pilgub Jateng 2013.
Trimedya juga sempat menyampaikan alasannya menyindir Ganjar kemlinthi karena tak mengikuti tradisi PDIP.
"Di PDIP ada tradisi, kalau mau jabatan sesuatu kita lakukan pendekatan terhadap struktur partai terlebih dulu. Bukan ke luar," kata Trimedya dalam Indonesia Lawyer Club, Minggu, 5 Juni 2022.
Bagi dia, cara Ganjar yang tidak melakukan pendekatan ke struktur partai seperti DPC, DPD, dan setiap kepala daerah kota/kabupaten di Jateng dari PDIP adalah kekeliruan.
Apalagi kemudian sampai dibentuk opini sekan-akan Ganjar paling cocok menggantikan Pak Jokowi,
"Menurut saya belum tentu, belum teruji," tutur Anggota Komisi III DPR tersebut.
Trimedya juga menyampaikan soal posisi Jateng yang masuk 17 provinsi termiskin di Tanah Air.
Begitu juga soal polemik Bendungan Bener, Wadas, yang belum selesai.
"Kalau berhasil Pak Ganjar dikatakan, kenapa Jawa Tengah masuk 17 provinsi miskin? Kan itu pertanyaan mendasar. Kemudian, pertanyaan lain kenapa Wadas tidak selesai," tuturnya.
"Sekadar diketahui Bang Karni, mayoritas yang mengadvokasi Wadas itu pendukung Ganjar di periode kedua jadi gubernur. Tapi, mereka kecewa, sudah jadi dilepehi," sebutnya.
Menurutnya, dari beberapa persoalan itu tak diketahui masyarakat.
Namun, muncul framing seakan-akan Ganjar layak jadi penerus Jokowi. Dia berharap agar jangan sampai salah cari pemimpin.
Paparan Trimedya sempat dipotong Eko Kunthadi. Tapi, dia meminta waktu bicaranya tidak dipotong.
Dia mempersilakan Eko nanti menjawab soal kinerja Ganjar dan lainnya.
"Sebentar, sebentar. Nah itu nanti silakan dijawab satu persatu. Dari mulai apa prestasi Ganjar," tutur Trimedya.
Trimedya kemudian mempersoalkan sumber dana relawan pendukung Ganjar.
Ia meragukan relawan dapat dana sendiri seperti menjual kaos karena itu tak cukup. Mendengar omongan Trimedya, Eko merespons.
"Siapa bilang nggak cukup?" tanya Eko.
"Udah lah saya ini," ujar Trimedya. "Anda politisi selalu berasumsi," kata Eko.
"Bukan,bukan, Sebentar, sebentar," sanggah Trimedya.
Menurut Eko, sebagai polisi, Trimedya hanya berasumsi bahwa relawan adalah gerakan politik yang dimobilisasi.
Trimedya menjawab bahwa dirinya sudah berpengalaman bertarung di Pemilu sebagai caleg sehingga paham urusan relawan.
Kata dia, setiap caleg mesti memanfaatkan relawan dan tak hanya bisa mengandalkan struktur partai.
Menanggapi itu, Eko menyampaikan agar Trimedya jangan berpikir demikian.
"Anda pikir kami ini tidak punya hak menentukan masa depan bangsa dan masa depan kami sendiri. Nggak gitu dong," tutur Eko.
"Bukan, bukan. Nggak. Jangan dipelintir-pelintir pernyataannya," ujar Trimedya.
"Jangan dipelintir. Pertanyaan saya sederhana. Nah itu, Ganjarist-Ganjarist itu relawan duitnya dari sopo?" lanjut Trimedya.
Eko lalu menjawab dengan menjelaskan Ganjarist dibiayai oleh mereka sendiri. Hal ini termasuk setiap kegiatan bersama.
"Itu Pak Eko sama Tuhan yang tahu. Mudah-mudahan Tuhan mendengarkan omongan Pak Eko," kata Trimedya.
"Bang Trimed, tidak semua orang dalam proses mencintai bangsa ini harus dibayar," sebut Eko.
Mendengar pernyataan Eko, Trimedya menanggapinya.
"Kita kan dah sama-sama tua ya. Saya cuma bilang satu aja, puji Tuhan, Alhamdulillah kalau itu benar. Kalau itu tidak benar, Pak Eko bertanggungjawab sama Tuhan," tutur Trimedya.
"Benar," jawab Eko.
"Bahwa tidak ada Hamba Allah yang tidah men-support?" tanya Trimedya.
"Yang support banyak. Teman-teman kita," jawab Eko. "Apa kepentingan men-support?" tanya lagi Trimedya.
"Relawan kita, teman-teman kita yang men-support banyak. Kita ada profesional, ada pengusaha. Kita bareng-bareng," ujar Eko.
Menurut Eko, relawan sudah muncul saat berjuang memenangkan Jokowi.
Kata dia, relawan bekerja dan pakai ongkos sendiri.
Pun, fenomena itu sekarang sudah terbuka. Trimedya menyanggah penjelasan Eko.
a memahami urusan relawan saat perjuangan Jokowi di Pilpres 2019 dan 2024.
"Mohon maaf lah Pak Eko. 2014, 2019 saya ini aktornya. Jadi, jangan dongeng ini sama saya termasuk soal relawan," ujar Trimedya.
Dia mengatakan relawan Jokowi di Sumatera Utara yang mengeluh karena tidak ada duitnya sehingga tak bisa membuat aktivitas apapun.
Eko lalu menjawab hal serupa juga dialami Ganjarist karena mendukung Ganjar tidak ada duitnya.
"Kita ini nggak ada gerakan apa-apa. Kecuali, gerakan jual kaos," tutur Eko.
"Kalau relawan cuma jual kaos mana kena bapak? Ya biar lah penonton ILC yang menilai," sebut Trimedya.
Dia meminta agar Eko bicara jujur soal relawan.
"Nggak, gini, gini. Bagi saya, pak Eko jujur sama dirinya, jujur sama Tuhan," kata Trimedya.
Eko menyampaikan bahwa saat sekarang dalam promosi berbeda dengan era dulu karena pesatnya media sosial. Dengan demikian, relawan bisa optimal di media sosial.
"Media sosial sudah terbuka sangat luas sekali. Relawan nggak perlu turun, kita tinggal teriak-teriak di media sosial. Itu cara berpromosi politik saat ini," ujar Eko.
Lagi-lagi, Trimedya meragukan omongan Eko. Dia berharap pernyataan Eko benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
"Kalau saya itu doang. Karena kira tahu, siapa bohir-bohirnya, kita juga tahu. Patut diduga kalau bahasa hukum," kata Trimedya.
"Anda men-delay orang lain dengan kebiasaan-kebiasaan Anda, itu problemnya," ujar Eko memprotes pernyataan Trimedya.
Dia pun menepis argumen Eko.
"Nggak, nggak, tidak kebiasaan kita. Kalau kita caleg, duit kita sendiri bapak," katanya.
"Itu kalau caleg. Kalau ini kita ingin melihat Indonesia masa depan," jawab Eko.
"Biar penonton ILC yang menilai penjelasan Pak Eko bisa diterima atau tidak?" tutur Trimedya.
Perdebatan berlanjut dengan penjelasan Eko Kuntadhi yang menepis argumen Trimedya.
Dia beberkan kinerja relawan Ganjarist dalam mendukung Ganjar yang aktif membuat grup WhatsApp.
Kemdian, gencar menyebarkan informasi di media sosial sehingga tanpa biaya. [Democrazy/viva]