DEMOCRAZY.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat marah ke jajarannya soal APBN-APBD masih digunakan untuk membeli produk luar negeri (impor).
Dia bahkan sempat menyebut 'bodoh sekali kita ini' di hadapan para menterinya.
Lantas bagaimana gestur Jokowi selama menyampaikan itu?
Pakar Gestur Handoko Gani mengatakan gestur Jokowi memang terlihat jengkel kepada jajarannya.
Meski begitu, dia menilai amarah itu juga sebetulnya ditujukan ke pemerintah daerah.
"Kalau bicara jengkel, jawabannya iya. Tapi, bukan hanya ke jajarannya, tetapi ke pemerintah daerah juga sebetulnya. Namun, memang dalam konteks ini, beliau lebih marah ke jajaran beliau langsung," kata Handoko saat dihubungi, Selasa (14/6/2022).
Selain jengkel dan marah, Handoko menilai ada ekspresi nyinyir yang dikeluarkan Jokowi.
Dia menyebut Jokowi tampak memberi gestur menertawakan jajarannya yang menyebut kualitas produk dalam negeri jelek atau tak sesuai standar.
"Selain jengkel, ada nyinyir juga. Menertawakan alasan-alasan penolakan daerah/pusat terhadap produk daerah. Cemooh/nyinyiran ini menarik menurut saya, karena beliau menertawakan mereka-mereka yang mengatakan kualitas dalam negeri jelek, nggak sesuai spec (spesifikasi), dan seterusnya. Artinya, beliau percaya kualitas dalam negeri sudah sejajar setidaknya dengan kualitas luar negeri," ucapnya.
Meski begitu, Handoko membantah ada ekspresi frustrasi dari Jokowi ketika menyampaikan pernyataannya di depan jajarannya.
Dia menyebut Jokowi tetap menunjukkan optimisme bahwa keadaan bisa berubah.
"Oh ndak (frustrasi). dalam banyak kesempatan, beliau diam (silence) tapi itu bahasa amarah sebetulnya, memang kalau bapak lagi marah, gayanya pake 'diem' dulu, tapi ndak sih, dalam konteks ini tidak terlihat frustrasi ya. Artinya, beliau masih punya harapan keadaan bisa berubah," ujarnya.
Lebih jauh, Handoko menilai pernyataan 'bodoh' dari Jokowi merupakan sindiran pedas terhadap jajaran yang dipilihnya.
Kasarnya, ujar dia, Jokowi ingin menunjukkan bahwa percuma sekolah tinggi hingga punya bisnis luar biasa tapi tetap impor menggunakan APBN dan APBD.
"Itu sindiran pedas yang memang menertawakan mereka-mereka yang sudah dipilih. Seharusnya dengan latar belakang dari sisi pendidikan hingga pengalaman kerja atau pengalaman berbisnis mereka, mereka tahu bahwa impor dengan APBN dan APBD adalah hal yang merugikan, tetapi kok masih dilakukan? Itu sebabnya beliau mengatakan 'bodoh sekali!'. Kalau kasarnya, percuma sekolah tinggi-tinggi, punya usaha bisnis luar biasa, tapi masa tetap kekeh mau impor dengan APBN dan APBD," jelasnya. [Democrazy]