DEMOCRAZY.ID - Indonesia masih membutuhkan perubahan ke arah yang lebih baik dari hari ini.
Perubahan itu bisa dicapai dengan cara mengembalikan demokrasi seutuhnya, juga kedaulatan dan kesejahteraan rakyat diwujudkan.
Selanjutnya, perlu langkah konkret untuk mewujudkan perubahan tersebut.
Salah satunya adalah dengan membentuk poros.
“Poros, kenapa perlu ada poros? Kalau enggak ada poros, orang hanya berpikir bahwa dunia Indonesia ini hanya dikuasai oleh segelintir orang yang di TV-TV elite kumpul-kumpul yang menentukan Indonesia. Ada Surya Paloh, Megawati, ada lain-lain. Emang lu siapa?” kata aktivis senior Syahganda Nainggolan dalam diskusi publik DPD-RI bertajuk “Dialog Kebangsaan Koalisi Rakyat untuk Poros Perubahan”, Selasa (28/6).
Syahganda menegaskan, perubahan yang terjadi pada reformasi 1998 itu karena Soeharto berkuasa terlalu lama dan cenderung antidemokrasi alias otoriter.
Ia dan rekan-rekan aktivis lainnya berhasil menumbangkan orde baru yang memelihara oligarki.
Syahganda lantas menyinggung Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang kini menjadi elite partai politik besar.
Dulu, kata Syahganda, Megawati pernah mendukung Soeharto.
“Yang jatuhkan Soeharto dulu ini ada di sini orangnya. Saya kasih tahu sama Megawati, Megawati adalah pendukung Soeharto dulu sebelum 27 Juli 1996. Saya dipenjara tiga kali zaman Soeharto. Dipenjara lagi zaman Jokowi dan mendirikan KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia)," paparnya.
"Saya dan teman-teman yang menggulingkan Soeharto karena kita menganggap Soeharto itu tidak demokrasi dan mendirikan oligarki-oligarki,” pungkas Syahganda. [Democrazy/RMOL]