DEMOCRAZY.ID - Kisah Presiden RI kedua Soeharto selalu menari diperbincangkan. Bagaimana tidak, ia merupakan sosok yang kontroversial.
Sejumlah orang menyalahkan Soeharto sebagai biang kerok kehancuran ekonomi pada masa jabatannya.
Mereka yang kontra terhadap Soeharto, mereka menganggap bahwa Soeharto bukan merupakan sosok pemimpin yang bijaksana karena dianggap menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri.
Namun tak sedikit juga yang memuja pria berjuluk The Smiling General itu karena dianggap orang yang berjasa.
Terutama Soeharto dianggap sebagai tokoh protagonis pada kasus pemberontakan G30S/PKI.
Meski begitu, Soeharto tentu saja dianggap bak sosok 'malaikat' bagi keluarga besarnya.
Ya, adik kandung Soeharto, Hajah Noek Bresinah Soehardjo membagikan sepenggal kenangannya semasa sang kakak masih hidup.
Kenangan Noek tentang ayahnya itu tertuang dalam buku yang berjudul "Pak Harto, The Untold Stories".
Beberapa tahun sebelum Soeharto meninggal dunia, Noek menyebut bahwa sang kakak sempat mengaku telah bermimpi aneh.
Pada 2006, Soeharto yang kala itu tengah dirawat di rumah sakit Pertamina disebut Noek, tiba-tiba terbangun dari tidurnya pada sore hari.
Saat membuka matanya, Soeharto menyebut kepada adiknya itu bahwa dia baru saja bermimpi aneh.
"Aku lagi wae ngimpi (saya barusan mimpi)," kata Noek Bresinah Soehardjo, menirukan ucapan Soeharto kala itu.
Mendengar ucapan itu, Hajah Noek Bresinah Soehardjo yang saat itu yang sedang menemani Soeharto bersama anak sulung kakaknya, Tutut, segera mendekati.
Kemudian menurut Noek, Tutut pun lnagsung bertanya kepada sang ayahnya itu.
"Mimpi apa to, Pak?" tanya Tutut.
Soeharto pun menjawab pertanyaa Tutut.
"Nonton gamelan, rame, nanging ana sing aneh (menonton gamelan, ramai, tetapi ada yang aneh," ujar Soeharto saat itu yang lagi-lagi ditirukan Hajah Noek Bresinah Soehardjo.
Tutut kemudian bertanya kepada Soeharto.
"Apa yang aneh, Pak?" tanya Tutut lagi.
Soeharto pun lalu menjawab pertanyaan putri sulungnya itu.
"Kuwi lho, sindene kokwong Sunda kabeh (itu lho, penyanyinya kok orang Sunda semua)?" ucap Soeharto.
Mendengar jawaban sang ayah, Tutut lalu tersenyum, dan mengatakan sesuatu.
"Lha, sindene mesti ayu-ayu to, Pak (Itu penyanyinya pasti cantik-cantik ya Pak?" kata Tutut menanggapi ucapan Soeharto.
"Ya embuh, ora weruh wong kahanane peteng (ya saya tidak tahu karena suasananya gelap)," jawab Soeharto lalu tersenyum.
Mendengar jawaban Soeharto tersebut, Noek dan Tutut kemudian tertawa. Sedangkan, Soeharto kemudian melanjutkan tidurnya lagi.
kejadian tersebut disebut Noek terjadi dua tahun sebelum Soeharto meninggal dunia.
Adapun dua tahun kemudian dari cerita tersebut, tepatnya pada 27 Januari 2008, Soeharto pun meninggal dunia. [Democrazy/tvone]