DEMOCRAZY.ID - Dari hasil penelusuran ke tempat korban, berikut dengan tempat kejadian perkara (TKP) penembakan diketahui pelaku merupakan tetangga depan rumah korban.
Pojoksatu terus berusaha menggali sekecil apapun informasi, yang berkaitan dengan kasus penembakan petani di Kabupaten Karawang tersebut, dengan korban atas nama Atang dan pelaku atas nama Iyan.
Berbagai informasi diterima pojoksatu, salah satu informasi yang cukup menjadi tanda tanya besar, kabarnya, keluarga pelaku sudah habis uang hingga ratusan juta rupiah.
Dari kabar yang beredar, uang ratusan juta tersebut dari dua bidang tanah milik pelaku. Yang satu tanah sawah yang digadaikan senilai 50 juta rupiah, kemudian pelaku menjual sebidang tanah darat ribuan meter senilai sekitar 120-140 jutaan.
Untuk sidang lanjutan sendiri, rencananya akan di gelar pada hari ini Kamis 19 Mei 2022 pada pukul 10.00 WIB secara online.
Dengan menghadirkan saksi anak korban dari kantor kejaksaan negeri karawang.
Kilas balik kronologi kejadian
Setelah sampai di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang sekitar pukul 23.30 WIB, korban penembakan kemudian melakukan visum dan mendapatkan perawatan dari pihak rumah sakit.
Ketegangan di rumah sakit sempat terjadi, antara keluarga dan pihak rumah sakit.
Pasalnya korban berjam-jam belum mendapatkan kamar perawatan, masih berada di ruang unit gawat darurat.
“Saya sampai menangis ke bagian administrasi, untuk segera minta kamar rawat inap. Karena kita semua sudah kelelahan dan butuh istirahat, termasuk juga bapa saya (korban) butuh istirahat,” cerita anak tertua dari korban, yang saat kejadian dirinya datang dari luar kota langsung menuju rumah sakit untuk mengurus pengobatan ayahnya.
Akhirnya kurang lebih pukul 05.00 WIB subuh, kami baru mendapatkan kamar perawatan di rumah sakit tersebut.
Setelah berjam-jam harus menunggu, mungkin pelayanannya harus seperti itu.
“Setelah saya nangis-nangis, baru para perawat dibagian administrasi memberitahukan kami kamar perawatan yang harus ditempati,” tambah anak tertua Atang.
Pagi harinya (Hari Jum’at), beberapa rekan wartawan dari berbagai media datang hendak mewawancarai bapa, setelah meminta izin dan bapa berkenan diwawancarai akhirnya mereka mewawancarinya.
“Bahkan bapa Kapolres Karawang waktu itu sempat datang, menjenguk ke rumah sakit dan meminta agar rumah sakit menanganinya secara seius,” bebernya, menceritakan kembali kondisi orang tuanya (Korban) saat di rumah sakit.
Namun, setelah melakukan pemeriksaan dan hasil rontgennya keluar, pihak RSUD karawang angkat tangan.
Karena tidak ada alatnya untuk memgangkat proyektil peluru yang menjadi 6-7 (enam sampai tujuh) serpihan.
“Waktu itu harus di rujuk ke rumah sakit besar yang punya alat untuk mengangkat proyektil peluru yang telah menjadi beberapa serpihan di dalam daging, pilihannya rumah sakit di Jakarta atau Rumah Sakit di Bandung,” tambanya lagi.
Kami sekeluarga sempat bingung, mau dibawa kemana. Karena biaya yang dibutuhkan pasti sangat besar, sedangkan kami hanyalah petani yang penghasilannya kecil.
“Setelah mencari informasi kesana kemari, akhirnya kami mendapatkan kepastian bahwa ada rumah sakit di Karawang yang memiliki alat yang bisa mengangkat serpihan proyektil peluru didalam daging,” kenang anak tertua korban, yang terus mendampingi pengobatan korban.
Setelah membayar seluruh biaya pengobatan di RSUD Karawang, Jum’at sore menjelang magrib, akhirnya bapa kami pindahkan ke rumah sakit swasta yang memiliki alat untuk melakukan operasi mengangkat serpihan proyektil peluru.
“Pelayanan rumah sakit swasta memang luar biasa, setelah daftar kita langsung dibawa ke ruang perawatan, kemudian mendapatkan kamar pasien. Beda dengan pelayanan di RSUD Karawang,” kenangnya, sambil mengingat kembali pelayanan dari pihak rumah sakit. [Democrazy/pojok]