DEMOCRAZY.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis tahun ini jumlah orang miskin hingga pengangguran bisa turun tahun ini.
Dia percaya diri karena ekonomi nasional terus membaik di tengah masih adanya kasus COVID-19.
Dia mengatakan, asumsi tingkat pengangguran terbuka pada 2023 dapat ditekan dalam kisaran 5,3 persen hingga 6,0 persen.
Pemerintah juga mengubah asumsi angka kemiskinan dalam rentang 7,5 persen hingga 8,5 persen.
Begitu juga dengan asumsi rasio gini berada di kisaran 0,375 hingga 0,378 serta Indeks Pembangunan Manusia dalam rentang 73,31 hingga 73,49.
Selama dihantam gelombang COVID-19 varian delta tahun lalu, ekonomi Indonesia mampu mencapai 3,7 persen.
Pemulihan ekonomi juga berlanjut di kuartal I 2022 dengan pertumbuhan mencapai 5,01 persen.
Kata dia, ekonomi menunjukkan tren peningkatan diikuti pemulihan yang kuat.
Tak terkecuali, pada sektor ketenagakerjaan serta tingkat kemiskinan yang kondisinya mulai membaik.
"Peningkatan kualitas pemulihan ekonomi juga terlihat dengan membaiknya kondisi ketenagakerjaan serta tingkat kemiskinan," ujarnya di DPR RI, Jumat (20/5).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun menjadi 5,83 persen pada Februari 2022, sebelumnya berada pada kisaran 6,26 persen pada Februari 2021.
"Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun mendekati level pra-pandemi, menjadi 5,83 persen pada Februari 2022 dari 6,26 persen pada Februari 2021," imbuh Sri Mulyani.
Sementara, angka kemiskinan nasional, lanjut Sri Mulyani, terlihat konsisten mengalami penurunan.
Awalnya, angka kemiskinan di awal 2020 mencapai 10,1 persen, kini telah kembali menjadi single digit 9,7 persen di 2021.
Untuk menekan angka pengangguran, menurut Sri Mulyani, pengelolaan fiskal harus sehat.
Selain itu, disertai dengan efektivitas stimulus kepada transformasi ekonomi dan perbaikan kesejahteraan rakyat.
"Dengan pengelolaan fiskal yang sehat disertai dengan efektivitas stimulus kepada transformasi ekonomi dan perbaikan kesejahteraan rakyat," jelasnya. [Democrazy/kmp]