DEMOCRAZY.ID - Partai Demokrat ikut merespons turunnya tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terungkap dari hasil survei indikator politik indonesia yang dirilis, Minggu (15/5/2022) lalu.
Menurut Partai Demokrat, tingkat kepuasaan terhadap kinerja Jokowi turun karena sejumlah masalah ekonomi, dan banyak janji yang tidak ditepati.
Anggota Komisi XI DPR dari Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin menyatakan persoalan mahal dan langkanya minyak goreng yang berlarut-larut, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan turunnya kepuasan terhadap Presiden.
“Persoalan minyak goreng yang berlarut-larut menyebabkan kekecewaan masyarakat, itu salah satu contohnya,” kata Didi, Selasa (17/5/2022).
Persoalan-persoalan lain yang menurutnya menyebabkan turunnya kepuasan terhadap kinerja Jokowi adalah kenaikan harga sembako dan situasi politik dan keamanan.
Dia mencontohkan, isu penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden begitu berlarut-larut.
Menurut Didi, Jokowi terlambat merespons isu tersebut sehingga mempengaruhi persepsi publik terhadap Presiden.
“Belum lagi masalah lainnya di mana masyarakat cukup kecewa misalnya penegakan hukum yang tidak optimal,” urai Didi yang juga merupakan pengurus DPP Partai Demokrat ini.
Dia juga menyebut banyak janji Presiden Jokowi ketika berkampanye pada Pilpres 2019 yang hari ini belum terpenuhi.
Didi menyontohkan, Jokowi pernah berjanji untuk memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun faktanya, kata dia, hal itu tidak terjadi.
Hal lain, menurut Didi, sangat banyak guru honorer yang hingga hari ini tidak kunjung diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
“Padahal janji di kampanye awal. Bahwa akan diangkat sebanyaknya guru honorer. Kalau tidak salah target satu juta guru honorer,” ungkapnya.
Sebelumnya, lembaga survei Indikator Politik Indonesia mencatat tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowi pada Mei 2022 berada di angka 58,1 persen.
Angka tersebut menurun dibandingkan angka pada survei terakhir yang diadakan pada 20-25 April 2022, yang tercatat sebesar 64,1 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan, faktor utama menurunnya tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi adalah penciptaan lapangan pekerjaan, dan harga-harga kebutuhan pokok yang meningkat.
"Sebelumnya itu yang paling tinggi (faktor ketidakpuasan) seperti zaman Covid sedang merajalela itu adalah Covid. Setelah Covid mulai bisa terkendali, isunya yang dianggap penting dan jadi sumber ketidakpuasan adalah penciptaan lapangan pekerjaan, sekarang adalah harga pokok meningkat," kata Burhanuddin dalam konferensi pers secara virtual, Minggu (15/5/2022). [Democrazy/ktv]