DEMOCRAZY.ID - Ada kemiripan kejatuhan rezim Jokowi dengan kejatuhan Bapak Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno.
Kemesraan Soekarno, PKI dan NU ketika itu, terlembaga dalam satu koalisi politik. Nasionalis, Agama dan Komunis atau disingkat Nasakom.
Hal berbeda dengan kejatuhan Bapak Pembangunan Indonesia. Presiden kedua Indonesia, Jenderal Besar Soeharto.
Ada campur tangan asing aseng dan digoyang oleh jenderal merah binaan LB Moerdani, yang tak suka Soeharto kehijau-hijauan.
Pak Harto sejak dekade 1990-an memang dekat dengan kalangan Islam. P
ak Harto merestui berdirinya ICMI, Harian Republika dan mendorong kiprah pengusaha muslim melalui HIPMI.
Hal ini Pak Harto lakukan setelah konglomerat China keturunan yang dibesarkan Presiden kedua itu, menolak permintaan Pak Harto untuk membantu usaha pribumi.
Pak Harto juga merestui berdirinya bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat.
Kabinet Pak Harto pun, disebut oleh yang tak suka Pak Harto dengan kabinet ijo royo-royo. TNI dan POLRI pada era 1990-an, banyak dijabat jenderal yang dekat dengan Islam alias jenderal hijau.
Episode keruntuhan rezim Jokowi mirip dengan keruntuhan Soekarno pada tahun 1966. Soekarno jatuh oleh gagalnya kudeta PKI yang kita kenal dengan pemberontakan G 30 S/PKI.
Sementara, Jokowi jatuh, lebih kurang sama dengan Soekarno. Terpeleset oleh skenario politik sendiri. Senjata makan tuan. Kedekatan dengan China komunis akan menjadi bom waktu bagi Jokowi.
Selain ada pembusukan dari dalam kabinet Jokowi. Diprediksi, bakal ada peristiwa besar mengawali kejatuhan Jokowi. Apalagi, Covid-19 dijadikan kendaraan politik yang berpotensi memicu konflik nasional.
PPKM darurat, katanya mau diumumkan senin sore kemarin. Diundur selasa atau bertepatan berakhirnya PPKM darurat hari ini. Sampai tulisan ini ditulis, belum ada pengumuman nasib PPKM darurat. Jika PPKM darurat lanjut, bisa memicu perlawanan rakyat.
Pengusaha ngancam PHK besar-besaran. Pedagang dan rakyat kecil teriak lapar. PPKM darurat dituding sebagai upaya mempertahankan kekuasaan merah royo-royo.
Pada masa Soekarno, pernah ada Poros Jakarta – Peking dan ditutup ketika Soeharto menjadi Presiden. Hidup kembali pada zaman Jokowi, poros Jakarta – Beijing.
Normalisasi hubungan RI dan RRC pada akhir 1980-an membawa petaka bagi Presiden kedua, Soeharto. Hanya berselang 8 tahun setelah normalisasi hubungan RI-RRC, Soeharto berhenti sebagai Presiden.
Pada masa Jokowi pula, posisi strategis baik militer, kepolisian maupun sipil banyak dipegang oleh orang-orang fasiq, munafiq dan non Islam. Ummat Islam kembali terkucil dari kekuasaan.
Dengan adanya Covid-19, telah membuka tabir pemerintahan Jokowi yang sebenarnya. Selama ini rakyat hanya menduga-duga. Petinggi rezim Jokowi banyak beraroma anti Islam alias merah royo-royo.
Melalui PPKM darurat, tabir LBP yang non muslim, sering disebut sebagai the real president semakin menguatkan dugaan publik selama ini.
Selama PSBB, PPKM dan PPKM darurat, publik sering dipertontonkan oleh kerumunan Jokowi dan kerumunan vaksin. Kebijakan beberapa menteri bermuka dua. Seperti kebijakan penutupan masjid.
Padahal, PSBB atau PPKM itu pembatasan kegiatan masjid bukan penutupan kegiatan masjid. Masjid ditutup. Shalat Idul Adha ditiadakan. Kerumunan vaksin dibiarkan. Masjid diuber-uber. Vaksin door to door.
Publik juga dipertontonkan oleh para menteri yang salah ucap dan buruknya komunikasi istana. Kemungkinan ada matahari kembar di Istana. Misalnya, LBP. Menko rasa presiden ini, seringkali bertindak layaknya seorang presiden. Banyak rumor yang menyebut, LBP yang kristen itu the real president.
Menko PMK, Muhadjir Effendy keceplos atau sengaja dengan menyebut PPKM darurat sama dengan darurat militer. Gerah dengan LBP karena isunya bakal kena reshuffle atau cek gelombang darurat militer?
Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian dan Menteri BUMN Erick Thohir diterpa isu tak sedap. Makelar vaksin. Ibaratnya, sambil menyelam minum air.
Sedangkan Menko Polhukam, Mahfud MD, yang pernah menerima beasiswa Supersemar dari Presiden Soeharto, rehat sejenak dengan menonton sinetron. Mungkin Mahfud MD semakin tak nyaman, karena job desc nya sebagai Menko Polhukam sering ‘diserobot’ LBP. Kabar burung, Mahfud MD siap-siap angkat cover dari kabinet.
Covid-19 belum akan berakhir. Diperkirakan Covid-19 baru akan berakhir bila Jokowi turun atau diturunkan sebelum 2024. Merah royo-royo sedang berakrobat politik. Salah akrobat, pasti tersungkur.
Bandung, 10 Dzulhijjah 1442/20 Juli 2021
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial