DEMOCRAZY.ID - Sudah hampir lebih dari 5 bulan polemik mahalnya harga minyak goreng telah berlangsung. Pemerintah sudah berupaya menyelesaikannya dengan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) hingga larangan ekspor minyak goreng. Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda harga kembali normal khususnya pada saat menjelang lebaran Idul Fitri. “Jadi kondisi ini paling lama dalam sejarah Indonesia. Kita belum pernah mengalami masalah minyak goreng ini sampai 5 bulan lebih. Tahun 2011 pernah terjadi tapi tak sampai 3 bulan stabil,” kata Direktur CELIOS Bhima Yudhistira saat webinar yang digelar Transparency International Indonesia, Senin (25/4). Bhima menegaskan perlu kebijakan serius atau extraordinary dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Menurutnya langkah pemerintah yang diterapkan sejauh ini belum maksimal. Ia menyebut HET yang sebenarnya bagus tetapi pelaksanaannya kurang tegas. Di tengah masih mahalnya minyak goreng, Bhima merasa masyarakat masih harus tetap membelinya. Apalagi
Ekonom INDEF: Penyelesaian Masalah Minyak Goreng Era Jokowi Jadi Yang Terlama Sepanjang Sejarah
April 25, 2022
0
Komentar
DEMOCRAZY.ID - Sudah hampir lebih dari 5 bulan polemik mahalnya harga minyak goreng telah berlangsung. Pemerintah sudah berupaya menyelesaikannya dengan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) hingga larangan ekspor minyak goreng. Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda harga kembali normal khususnya pada saat menjelang lebaran Idul Fitri. “Jadi kondisi ini paling lama dalam sejarah Indonesia. Kita belum pernah mengalami masalah minyak goreng ini sampai 5 bulan lebih. Tahun 2011 pernah terjadi tapi tak sampai 3 bulan stabil,” kata Direktur CELIOS Bhima Yudhistira saat webinar yang digelar Transparency International Indonesia, Senin (25/4). Bhima menegaskan perlu kebijakan serius atau extraordinary dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Menurutnya langkah pemerintah yang diterapkan sejauh ini belum maksimal. Ia menyebut HET yang sebenarnya bagus tetapi pelaksanaannya kurang tegas. Di tengah masih mahalnya minyak goreng, Bhima merasa masyarakat masih harus tetap membelinya. Apalagi