DEMOCRAZY.ID - Igor Konashenkov, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, menyampaikan bahwa Rusia telah menemukan laboratorium eksperimen biologi di wilayah utara Ukraina.
Igor mengklaim, sebanyak 30 laboratorium senjata biologi ditemukan oleh militer Rusia.
Diduga kuat laboratorium-laboratorium yang berdiri di Ukraina itu didanai oleh Amerika Serikat.
Defense Threat Reduction Agency (DTRA) Pentagon dan Walter Reed Army Institute of Research (WRAIR) adalah dua contoh fasilitas penelitian biomedis yang kabarnya dikelola oleh militer Amerika Serikat.
Laboratorium-laboratorium tersebut telah aktif sejak tahun 2014, di mana Ukraina sedang terserang penyakit menular.
Menurut Igor, jejak fasilitas pengembangan senjata kimia ditemukan oleh militer Rusia.
“Dokumen yang terungkap mengkonfirmasi bahwa komponen untuk senjata kimia dikembangkan di laboratorium bio Ukraina yang berdekatan dengan Rusia," jelas Igor, dilansir dari RT, 9 Maret 2022.
“Fakta terungkap dari rezim Kyiv yang menghapus jejak program militer-biologis yang sedang dikembangkan di Ukraina, yang dibiayai oleh kementerian pertahanan AS," sambungnya.
Igor mengatakan, pemerintah Ukraina memerintahkan penghancuran berbagai bahan yang tengah dikerjakan di laboratorium tersebut, termasuk bakteri dan patogen.
Dari hasil analisis dokumen yang telah ditemukan, mereka telah bekerja dengan infeksi berbahaya seperti antraks dan wabah.
“Berbagai macam dan jumlah agen biologis yang berlebihan menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan di laboratorium ini telah menjadi bagian dari beberapa program biologi militer," ungkap Igor.
Igor menduga berbagai bahan yang akan digunakan untuk program militer telah diangkut oleh Amerika Serikat.
Di sisi lain, Kiev membantah semua tuduhan yang dilancarkan Rusia tentang pengembangan senjata biologis.
Begitu juga pihak Amerika Serikat tidak menanggapi untuk sementara tuduhan tersebut.
Seperti diketahui, Rusia telah melancarkan serangan invasi mereka sejak tanggal 24 Februari 2022.
Semenjak itulah, banyak fasilitas-fasilitas umum Ukraina yang telah dilumpuhkan oleh Rusia.
Konflik kedua negara ini pun terus menyedot perhatian dunia hingga kini.
Sejumlah dukungan kepada dua negara yang berkonflik tersebut tersus mengalir.
Amerika Serikat sendiri mengecam langkah Rusia terhadap Ukraina tersebut.
Namun kecaman datang dari berbagai negara sekutu Amerika ternyata tidak digubris oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Presiden Ukraina, Zelensky, mengatakan tetap teguh pada pendiriannya akan tetap tinggal di Kiev, meskipun dia tahu serangan Rusia akan menuju ibu kota. [Democrazy/hops]