DEMOCRAZY.ID - Apapun yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dan jajaran saat ini, mayoritas rakyat tidak percaya lagi percaya.
Bahkan dicurigai sebagai bentuk untuk memuluskan perpanjangan masa jabatan presiden.
Begitu yang disampaikan oleh pengamat politik, Rocky Gerung saat berbincang dengan wartawan senior, Hersubeno Arief dalam video yang diunggah di akun YouTube Rocky Gerung Official berjudul "Publik Makin Curiga Dengan Presiden" pada Kamis (10/3).
Dalam perbincangan ini, Hersubeno menyinggung soal dilantiknya Kepala dan Wakil Kepala Otorita Ibukota Negara (IKN) Nusantara.
Di mana wakilnya adalah seorang petinggi Sinar Mas Grup.
Selain itu, perbincangan juga turut menyentil kebijakan pencabutan jaga jarak di KRL yang dicurigai untuk memuluskan Jokowi tiga periode dengan alasan Covid-19.
"Dua berita itu menunjukkan bahwa orang tidak percaya pada apapun yang dibuat pemerintah. Soal ibukota ya orang anggap itu bukan ibukota, tapi itu adalah ibukota konglomerasi, ibukota oligarki," ujar Rocky, Jumat (11/3).
Soal ibukota, Rocky mengatakan bahwa rakyat menginginkan IKN dipimpin oleh birokrat, bukan oleh tokoh politik maupun orang korporasi.
Artinya, jika dalam struktur pimpinan badan otorita ada satu orang tokoh korporasi, maka kemampuan Jokowi untuk menyembunyikan kepentingannya terbaca.
“Kita mengerti itu sebagai upaya untuk memastikan bahwa kepentingan oligarki akhirnya harus diselamatkan oleh Pak Jokowi itu," katanya.
Rocky mengaku sejak awal sudah paham bahwa Jokowi merupakan sosok yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri.
Hal itu juga yang kemudian membuat orang berkesimpulan bahwa apapun proyek yang dibuat Jokowi adalah pesanan oligarki.
“Jadi IKN apa itu? Ya pesanan oligarki, jadi gampangnya begitu. Bukan kita sekadar menganalisa, tapi publik juga punya prasangka yang sama," terang Rocky.
Selain itu, kata Rocky, orang kini juga tidak percaya dan curiga atas pelonggaran tempat duduk di KRL.
Kecurigaan itu terkait dengan Pemilu 2024 yang sedang diwacanakan para politisi koalisi untuk ditunda.
“Tetap orang curiga bahwa ini adalah akal-akalan untuk menunda Pemilu dengan membuat kerumunan, sehingga virusnya menyebar lagi, lalu ada alasan lagi untuk PCR ulang, mungkin masih ada stok sampai bulan Mei itu PCR itu," kata Rocky.
"Nah itu yang sebetulnya pertanda bahwa apapun yang diucapkan istana tidak ada yang percaya tuh," sambung Rocky. [Democrazy/rmol]