DEMOCRAZY.ID - PENOLAKAN Hoegeng terhadap tawaran untuk menjadi Duta Besar (Dubes) Swedia dan Duta Besar (Dubes) di Kerajaan Belgia, Benelux dan Luxemburg (Benelux), membuat Presiden Soeharto yang mendengarnya, pada akhirnya memanggil Hoegeng ke kediamannya di Jalan Cendana.
Pada saat itu Hoegeng tengah memperjuangkan kewajiban bagi para pengendara dan penumpang sepeda motor untuk menggunakan helm demi keselamatan.
Banyak kalangan yang menentang kebijakan tersebut, dengan alasan tidak terbiasa memakai helm.
Meski demikian, banyak yang mendukung dan memuji kebijakan yang dibuat oleh Hoegeng tersebut.
Namun, pada akhirnya kebijakan yang menuai pro dan kontra tersebut disetujui.
Hoegeng yang dikenal sebagai sosok polisi paling berani dan jujur di Indonesia oleh media dan masyarakat, serta dikenal transparan dalam mengungkapkan banyak kasus dan tindak pidana selama periode kepimpinannya, semakin populer karena keberhasilannya mewajibkan pemakaian helm.
Citra dan sikap Hoegeng tersebut nampaknya yang menjadi alasan munculnya perseteruan antara Hoegeng dengan Presiden Soeharto, karena sejumlah kasus diduga melibatkan orang-orang dekat Presiden Soeharto.
Mengutip buku ‘Hoegeng Polisi dan Menteri’ karya Suhartono, saat dipanggil Presiden Soeharto ke kediamannya di Jalan Cendana, Hoegeng sempat ditawari kembali untuk menjadi dubes. Namun, Hoegeng dengan konsisten menolaknya.
“Tugas apa pun saya akan terima, asal jangan jadi dubes, Pak,” ujar Hoegeng.
Namun, Presiden Soeharto menampik, “Di Indonesia, tidak ada lagi lowongan buat Hoegeng.”
Mendengar hal tersebut, Hoegeng merasa ditantang, ia pun langsung menyatakan berhenti menjadi Kapolri pada saat itu juga.
Sebelum meninggalkan kediaman Presiden Soeharto tersebut, Hoegeng dicegat oleh pers yang bertugas di Istana Kepresidenan.
Pers tersebut meminta Hoegeng untuk memberikan keterangan pers, yang pada akhirnya Hoegeng bersedia karena kasihan dengan para wartawan yang sudah menunggunya.
Pada akhirnya Cendana lah yang menjadi saksi bisu di balik pengunduran diri Hoegeng dari Kapolri. [Democrazy/oke]