DEMOCRAZY.ID - Menteri agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyebut bahwa saat ini kondisi keberagaman di Indonesia relatif baik.
Ia menyebut indikator keberagaman di Indonesia relatif naik dari tahun ke tahun. Meskipun ia menyadari, masih banyak kekurangan yang harus dihadapi.
Hal itu diungkapkan Menag Yaqut saat membuka Simposium Internasional tentang Moderasi Beragama yang digelar el-Bukhari Institute bersama Laboratorium Pengembangan Sosial Keagamaan (LABPSA) UIN Ar Raniry Aceh pada 9-11 Maret 2022 secara daring.
“Alhamdulillah kondisi keberagaman di Indonesia dilaporkan sangat baik, Indeks Harmoni Keberagamaan Indonesia, masih dalam kategori yang baik,” katanya, Rabu (10/3/2022).
Menag Yaqut lantas menyebut persentase sebesar 72,9 persen secara indeks Harmoni di tahun 2021, sedikit naik dibandingkan tahun 2020, yang berada di angka 67 persen.
Indeks Harmoni adalah laporan berkala tentang kondisi keberagaman di Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Agama.
Menag Yaqut lantas menjelaskan soal tantangan mewujudkan harmoni keberagaman di Indonesia yang plural.
“Kita harus melakukan langkah yang serius, karena demografi dan sosial politik Indonesia menunjukkan kalau kita adalah negara yang multi kultural dan penduduknya memiliki agama yang beragam,” ujarnya.
Menag Yaqut juga menjelaskan soal dampak keberagaman di tengah arus demokratisasi di Indonesia.
Menurut dia, dinamika demokratisasi di Indonesia, termasuk terkait dengan politik, juga memberikan dampak pada kehidupan keberagamaan di tengah masyarakat.
“Sehingga masyarakat kita harus semakin meningkatkan kedewasaan dan sikap lebih hormat pada kelompok atau pemeluk agama lain yang berbeda. Jadi, komitmen kebangsaan dan keagamaan bisa berjalan secara beriringan,” katanya.
Sebelumnya, Menag Yaqut juga berencana mendatangkan Imam Besar Al-Azhar Syekh Ahmed Tayyeb dan Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus ke Indonesia.
Tujuannya adalah untuk melihat keragaman yang ada di Indonesia dan toleransi yang sudah berlangsung lama di negeri ini. [Democrazy/ktv]