Ketum Kadin: Harga Minyak Goreng Naik Tak Hanya di RI, Ini Akibat Perang Rusia-Ukraina - DEMOCRAZY News
EKBIS

Ketum Kadin: Harga Minyak Goreng Naik Tak Hanya di RI, Ini Akibat Perang Rusia-Ukraina

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
Ketum Kadin: Harga Minyak Goreng Naik Tak Hanya di RI, Ini Akibat Perang Rusia-Ukraina

Ketua Umum Kadin: Harga Minyak Goreng Naik Tak Hanya di RI, Ini Akibat Perang Rusia-Ukraina

DEMOCRAZY.ID - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Arsjad Rasjid, menjelaskan penyebab kenaikan dan kelangkaan minyak goreng di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh situasi konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.


Arsjad menuturkan, perang kedua negara tersebut membuat permintaan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dunia melonjak. 


Di sisi lain, pasokan bahan utama minyak goreng ini tidak ikut meningkat sehingga harganya pun naik. Kondisi ini tidak hanya berlaku di Indonesia.


"Bukan masalah di kita saja, tapi menjadi masalah dunia. Kenapa tiba-tiba kelapa sawit naik? Karena ada minyak sunflower yang diproduksi di Rusia dan Ukraina tidak bisa diekspor, sehingga banyak negara beralih ke minyak lain yaitu sawit, demand pun naik," jelas dia saat Rakernas Kadin, Rabu (16/3).


Dengan demikian, menurut Arsjad, kelangkaan dan mahalnya bahan pokok karena konflik geopolitik tidak hanya dialami oleh Indonesia, melainkan seluruh negara di dunia. 


Selain minyak goreng, dia juga mencontohkan komoditas gandum yang sangat dibutuhkan masyarakat.


"Gandum juga sudah naik harganya, karena Rusia dan Ukraina memproduksi kurang lebih 30 persen dari (pasokan) gandum dunia, berarti 30 persen supply dunia hilang," tuturnya.


Arsjad mengungkapkan, dia baru saja bertemu pemerintah Hungaria dan minta tolong mengekspor gandum untuk Indonesia, sebagai alternatif pasokan dari Rusia dan Ukraina. 


Namun, permintaan tersebut ditolak karena Hungaria juga menyetop ekspor gandum.


"Jawabannya, pemerintah kami (Hungaria) baru saja membuat keputusan bahwa kami tidak bisa ekspor gandum, yang paling utama adalah untuk kebutuhan kami, kedua untuk Eropa. Hilang lagi 10 persen pasokan gandum, jadi hampir 40 persen," jelas Arsjad.


Dia mengingatkan, gandum merupakan bahan utama pembuat mi instan, sehingga dampak dari kenaikan harganya sangat besar bagi Indonesia. 


Ini pun menjadi tantangan, terutama bagi dunia usaha untuk memastikan pasokan bahan pokok tetap terjaga.


Kendati demikian, kata Arsjad, ada sisi positif yang bisa dirasakan Indonesia terkait dampak perang Rusia dan Ukraina ini, yaitu dari peningkatan kinerja ekspor komoditas energi yang harga di pasar internasional saat ini sedang melonjak.


"Harga komoditas energi naik, harga gas naik, batu bara naik, ada positifnya karena kita ekspor, di sisi lain ini juga menjadi tantangan baru," ucapnya. [Democrazy/kumparan]

Penulis blog