DEMOCRAZY.ID - Komisi VII DPR RI menduga maraknya impor baja belakangan ini disebabkan adanya rencana pembangunan ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur (Kaltim).
Menurut data yang diterima Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi, terlihat adanya peningkatan impor baja.
Dia menjelaskan berdasarkan data BPS, volume baja impor kode HS 72 sampai kuartal III-2021 tercatat sebesar 4,3 juta ton, atau naik 20% dibanding periode yang sama tahun 2020 sebesar 3,6 juta ton.
Bambang melontarkan dugaan tersebut setelah mengusir Direktur Utama PT Krakatau Steel, Silmy Karim saat rapat dengar pendapat (RDP) mengenai dihentikannya operasi blast furnace Krakatau Steel.
"Ada kesengajaan biar impor semakin deras? Apalagi kita tahu beberapa bulan terakhir begitu maraknya impor ketika semua tahu bahwa Indonesia dalam waktu dekat ada keinginan untuk membuat ibu kota baru," katanya Senin (14/2/2022).
Dia menjelaskan bahwa kebutuhan akan baja untuk pembangunan ibu kota baru akan sangat banyak.
Oleh sebab itu muncul dugaan derasnya impor untuk memenuhi kebutuhan konstruksi IKN.
"Itu kebutuhan bajanya luar biasa. Jadi patut diduga maraknya impor baja salah satunya untuk ibu kota negara baru. Jadi kami tidak menginginkan dengan alasan kebutuhan, terus industri dalam negeri dimatikan," paparnya.
Menyangkut blast furnace yang operasinya dihentikan Krakatau Steel dengan alasan menyebabkan kerugian, Bambang menjelaskan di dalam hukum pidana selama kerugian itu merupakan kerugian bisnis maka tidak bisa dipidanakan, kecuali memang ada keinginan untuk korupsi.
Jadi menurutnya jika yang dialami Krakatau Steel murni kerugian bisnis, apalagi untuk penugasan negara dan untuk memperkuat industri dalam negeri, itu tidak masalah dengan catatan kerugiannya harus diminimalisir.
"Tetapi bukan berarti dengan alasan merugi terus (pabrik blast furnace) ditutup terus habis itu gencar impor, apalagi sebentar lagi mau buat ibu kota negara, ini butuh bajanya banyak," jelas Bambang.
Dia menyebut pihaknya sudah mengetahui siapa-siapa saja pemain kartel yang membanjir Indonesia dengan baja-baja impor untuk mendapatkan cuan dari pembangunan ibu kota negara di Kaltim.
"Ini pemainnya semua kita tahu semua. Kita sudah dapat masukan dari beberapa NGO terkait permainan kartel-kartel baja ini, mereka memasukkan baja dari 4 bulan yang lalu, banjir sekali baja impor karena ini tujuannya untuk itu," tambahnya. [Democrazy/detik]