DEMOCRAZY.ID - Ketua MUI Cholil Nafis ‘sentil’ Mabes Polri soal rencana pemetaan Masjid radikal dan menyebutkan tak ada istilah masjid radikal.
Cholil Nafis juga melontarkan kritiknya kepada Mabes Polri memetakan masjid-masjid radikal.
Menanggapi pertanyaan Karni Ilyas di salah satu acara, Cholil Nafis meminta Mabes Polri untuk meminta maaf atas apa yang menurutnya salah.
Cholil Nafis mengatakan bahwa yang seharusnya ‘dipeta-petakan’ adalah sang penceramah, bukan masjid nya.
Menurutnya, yang membuat masjid dianggap radikal adalah karena pengurus masjid mengundang narasumber yang memberikan ceramah dan mengundang radikalisme.
“Saya harap minta maaf juga tuh, apanya masih yang mau dipetakan? Masjid itu benda mati gak ada masjid radikal, kecuali menggunakan filosofi. Kenapa gak langsung yang kita petakan peceramah-penceramah di masjid,” tutur Cholil Nafis.
Tak hanya itu, ia menjelaskan bahwa MUI melakukan hal tersebut dengan melakukan normalisasi terhadap para da'i.
“Kami lakukan dari MUI dengan cara apa? Standarisasi da’I, da’I nya kita luruskan paham keagamaan islam wasati,” kata Cholil Nafis.
Selain itu, MUI juga mengajarkan para mubaligh tentang hubungan Islam dan kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang katanya sangat dekat dengan negara yang didirikan Rasulullah SAW.
Ia mencontohkan jika ada orang yang belajar di pesantren kemudian orang tersebut menjadi teroris maka tidak benar jika renungannya kemudian dibakar.
Ketua MUI tersebut mengungkapkan tidak setuju dengan pembedaan masjid dalam kelompok tertentu berdasarkan penilaian terkait radikalisme. [Democrazy/kabes]