DEMOCRAZY.ID - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) disorot lagi.
Bukan konflik dukungan kader, kini bendera Ganjar Pranowo dan Puan maharani justru berkibar di Surabaya, Jawa Timur.
Bendara Ganjar-Puan yang berkibar itu berukuran 50 x 40 cm. Bendera merah itu banyak ditemukan di flyover Pasar Kembang hingga kawasan Jembatan Merah Plaza.
Belakangan diketahui, bendera bergambar kedua elite PDIP itu dipasang oleh DPD Laskar Ganjar Puan (LGP) Jawa Timur.
Menanggapi hal itu, Pengamat politik dari lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio, menilai bendera yang menampilkan foto Ganjar dan Puan di Surabaya adalah jawaban atas kekhawatiran internal PDIP pecah. Diketahui, Ganjar dan Puan sama-sama digadang bakal maju di Pilpres 2024.
"Menurut saya, bendera Ganjar-Puan adalah jawaban dari kekhawatiran kader PDI Perjuangan akan perpecahan internal. Gara-gara promosi yang dilakukan oleh kubu pendukung Mbak Puan dan kubu pendukung Mas Ganjar sebagai calon presiden di 2024," ujar Hendri Satrio kepada wartawan, Minggu, 6 Februari.
Menurutnya, wacana 'duet' Ganjar-Puan adalah langkah berani. Pasalnya, kata Hendri, pendukung Puan belum tentu mau jagoannya berpasangan dengan Ganjar.
"Kenapa saya katakan berani? Karena belum tentu juga sebetulnya petinggi kubu Puan itu mau disatukan dengan pendukung Ganjar Pranowo. Karena, bagi PDI Perjuangan, saat ini Puan Maharani yang diusung atau digadang-gadang sebagai calon peserta Pilpres 2024," kata Hendri.
Untuk Pilpres 2024, Hendri menjelaskan, PDIP memang bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, tanpa berkoalisi dengan partai lain. Namun, menurut dia, hasilnya tak akan baik buat PDIP.
"Menurut hasil survei KedaiKOPI malah, kalau PDIP menyalurkan atau mendorong atau mengusung calon sendiri, dia tidak berada pada, bahkan tidak masuk 2 besar, bahkan tidak masuk 3 besar pemilu hasil yang baik. Jadi, kalau dipaksakan, pasangan ini akan kalah. Jadi makanan empuk lawan partai koalisi lainnya," jelasnya.
Pria yang akrab disapa Hensat itu juga menilai, pasangan Ganjar-Puan bukanlah jawaban atas prinsip keberagaman PDIP.
Sebagai contoh, kekalahan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meski diusung oleh sejumlah partai agamis dan nasionalis.
"Kenapa kalah? Karena, bila pasangan ini dipaksakan hanya dengan PDI Perjuangan, tidak akan menjawab keberagaman yang diusung oleh PDI Perjuangan. Gerindra pernah mengusung Prabowo-Sandiaga. Gagal, padahal waktu itu ada beberapa partai politik yang berada di belakangnya, yang cukup mengusung keberagaman juga," terangnya.
Karena itu, tambah Hensat, wacana pasangan Ganjar-Puan hanya sebatas usaha meminimalisir benih-benih perpecahan di kalangan internal PDIP.
Dia pun meyakini pasangan Ganjar-Puan tak akan terealisasi pada 2024.
"Menurut saya, ini (Ganjar-Puan) tidak akan meluncur menuju pasangan capres-cawapres. Ini hanya sebatas usaha yang dilakukan oleh internal PDIP, yang merasa khawatir akan mulainya benih-benih perpecahan internal, akibat pencalonan yang dilakukan para pendukung Ganjar Pranowo dan dorongan pencalonan yang dilakukan oleh Puan Maharani," kata Hensat.
Sebelumnya, DPD LGP Jawa Timur membenarkan adanya relawan yang menginginkan Ganjar dan Puan berpasangan di Pilpres 2024.
"Betul, itu memang suara relawan yang menginginkan Pak Ganjar dan Mbak Puan maju dalam Pilpres 2024," kata kata Ketua DPD LGP Jatim, Saleh Ismail Mukadar, Sabtu, 5 Februari.
Saleh membeberkan alasan LGP Jatim, yang mayoritasnya diklaim sebagai kader PDIP, mendukung Ganjar-Puan. Salah satunya agar tak terjadi gesekan.
"Mayoritas kader ini dari PDIP memang, namun ini nonpartai. Memang ini juga suara rakyat, ini nonstruktural partai. Saya ini PDIP, kita senior kita nggak mau partai kita benturan di bawah.
Ketika pendukung Pak Ganjar dan Mbak Puan ada gesekan kita gak mau, kita tampilkan gagasan ini untuk menghindari gesekan di bawah," kata Saleh. [Democrazy/rkp]