POLITIK

Refly Harun Prediksi 4 Paslon di Pilpres 2024

DEMOCRAZY.ID
Februari 18, 2022
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Refly Harun Prediksi 4 Paslon di Pilpres 2024

Refly Harun Prediksi 4 Paslon di Pilpres 2024

DEMOCRAZY.ID - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun berkomentar soal prediksi pasangan calon capres dan cawapres yang kian menghangat jelang Pilpres 2024. 


Refly membuat prediksi berdasarkan pernyataan Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani, yang menyebut kemungkinan parpol koalisi Jokowi akan terpecah menjadi tiga koalisi pada Pemilu 2024.


Menurut Refly, bisa saja nanti akan ada 4 koalisi dalam Pilpres. Salah satu skenario yang dilihatnya mungkin yakni pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani, Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyhono (AHY), Ganjar Pranowo-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Airlangga Hartarto-Zulkifli Hasan.


"Mungkin kita punya paslon di koalisi PDIP Prabowo-Puan. Di koalisi NasDem it could be possible Ganjar, misal tiba-tiba di-endorse NasDem dan wakilnya Muhaimin Iskandar. Ini andai, ya. Kemudian Airlangga-Zulhas, kemudian Anies dan AHY misalnya," kata Refly dalam siaran YouTube-nya, Kamis (17/2).


"Maka ya lumayan, ada 4 calon presiden. Kalau itu yang terjadi bagus sedikit. Ada 4 paslon yang barangkali bisa jadi presidential election yang genuine," imbuh dia.


Lebih lanjut, Refly menilai PPP, yang saat ini merupakan peraih kursi terkecil di parlemen, bisa menjadi faktor penentu di Pilpres. 


Yakni dengan berkoalisi dengan PKS dan Demokrat mengusung Anies Baswedan dan AHY di Pilpres mendatang.


Ambang batas Pemilihan Presiden atau Presidential Threshold untuk dapat mencalonkan capres dan cawapres adalah 20 persen kursi DPR RI, atau setidaknya 115 kursi DPR RI. 


Refly menerangkan, koalisi tiga parpol tersebut sudah cukup menjadi satu poros dengan kursi yang dimiliki masing-masing saat ini.


"PPP bisa jadi faktor determinatif kalau dia mau bakar diri sedikit. Tapi memang sangat bergantung di Suharsonya karena dia jabat sebagai menteri. Artinya dia harus rela jabatannya direshuffle seandainya dia keluar dari peta istana, dia gandeng PKS dan Demokrat untuk usung satu calon," terangnya.


"PKS, Demokrat, plus PPP sudah cukup. PKS 50 kursi, kalau enggak salah Demokrat 54. Jadi ditambah 19 kursi, 123 kursi. Kalau PPP nyebrang ke PKS dan Demokrat maka paling tidak pilpres bisa diselamatkan. Ada genuine presidential election, tidak dari satu perkubuan," tambah dia.


Sementara itu, paslon Prabowo-Puan dinilainya bisa saja terbentuk atas keinginan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. 


Sedangkan Golkar, yang saat ini tegas mengusung Ketum Airlangga Hartarto sebagai capres, berpotensi menggandeng Ketum PAN Zulkifli Hasan.


"Kalau Megawati kekeuh calonkan Puan dengan Prabowo, maka Puan dan Prabowo sudah cukup jadi poros. Sisanya berarti Golkar, bisa gandeng salah satu partai yang ada misal mau enggak mau gandeng Zulhas. PAN 44 kursi, Golkar 85 kursi," paparnya.


Terakhir, Refly mengatakan, pasangan Ganjar dan Cak Imin tentu akan diusung NasDem berkoalisi dengan PKB. 


Sebab keduanya juga sudah cukup menjadi satu poros koalisi mengingat NasDem punya 59 kursi dan PKB 58 kursi di parlemen.


Meski begitu, Refly khawatir skenario 4 paslon akan sulit terwujud apabila masih ada campur tangan oligarki yang kuat untuk ajukan capres dan cawapres.


"Kalau ada tangan yang bisa cengkram partai yang ada di istana saat ini, sudah, the game is over. Mereka bisa ciptakan 2 pasangan calon, dan itu calon disuruh berkelahi tapi di antara mereka dan sisanya bagi-bagi kekuasaan," ujarnya.


Di sisi lain, Refly dan sejumlah pihak menggugat ketentuan Presidential Threshold (PT) atau ambang batas pencalonan Presiden 0 persen ke Mahkamah Konstitusi (MK) akhir tahun lalu. 


Sebab itu ia menegaskan, sebetulnya siapapun seharusnya bisa menjadi capres.


"Sekali lagi prefensi saya PT 0 persen sehingga orang-orang di luar mainstream kekuasaan seperti Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, La Nyala Mataliti dan lain sebagainya bisa nimbrung. Perkara siapa yang jagoan akan kita lihat," ungkapnya.


"Kalau emang jagoan akan shining sendiri, kalau enggak hebat tidak berkilau. Itu andai PT kita lebih benar, jadi enggak belum apa apa sudah sangat sektarianistik pemilihannya," tandas dia. [Democrazy/dna]

Penulis blog