DEMOCRAZY.ID - Pakar ekonomi sekaligus politikus Indonesia, Rizal Ramli, angkat suara mengenai Ibu Kota Negara (IKN) yang kini diberinama Nusantara.
Rizal mengatakan, bahwa di dunia ada sejumlah negara yang memutuskan untuk membuat ibu kota negara baru.
Di antara negara tersebut, ada yang berhasil dan ada pula yang gagal, misalnya Brasil.
Menurut Rizal, Brasil mencoba memindahkan ibu kota baru ke Brazilian City yang jarak tempuhnya jauh dari Rio de Janeiro sebagai ibu kota lama.
Pemindahan tersebut akhirnya tak berfungsi dengan baik, karena segala urusan terkait pemerintahan masih berkutat di Rio de Janeiro.
"Pejabat dia tetap saja di Rio, orang swasta mau ketemu pejabat tetap saja di Rio, rakyat mau mengadu tetap saja di Rio. Akhirnya ibu kota itu tetap menjadi monumen dan jadi tempat buat pejabat sama keluarganya seminar, retreat, buat ngabisin SPJ," kata dia ketika ditemui di Bandung pada Sabtu (12/2).
Kemudian, negara selanjutnya yakni India. India ketika itu sempat akan memindahkan ibu kota negara dari Old Delhi ke Punjab yang terletak di Utara.
Namun, ketika segala proses infrastruktur sudah dibangun, rencana menjadi ibu kota justru hanya menjadi monumen belaka dan dinilai gagal.
"Akhirnya, pemerintah India bikin lagi ibu kota baru yang kedua namanya New Delhi, jaraknya cuman setengah jam dari Old Delhi, ditata yang bener, ini ditata dengan baik dan sukses," ucap dia.
Berkaca dari negara-negara tersebut, Rizal menilai nasib ibu kota baru Indonesia nanti akan berujung kegagalan, karena letaknya yang jauh dari Jakarta.
Apalagi, di sisi lain dari hasil survei, marak pegawai negeri yang enggan pindah ke ibu kota baru.
"Nah, ini akan terjadi hal yang sama, ini akan jadi proyek gagal aja, yaitu istilahnya itu tempat untuk menghabiskan SPJ (Surat Pertanggungjawaban)," kata dia.
Selain itu, sambung Rizal, marak kiai terutama yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU), ternyata menolak pemindahan ibu kota.
Menurut dia, para kiai itu menolak lantaran Jawa mempunyai nilai historis yang tinggi. Jika dipindahkan, kiai dikhawatirkan tak lagi punya pengaruh.
"Saya baru tahu ternyata banyak kiai yang keberatan karena mereka gak mau sejarah Indonesia dicabut dari pulau Jawa," papar dia.
Meski demikian, Rizal tetap berharap ibu kota negara baru nantinya dapat bermanfaat dan berfungsi dengan baik bagi masyarakat. Sementara disinggung mengenai Kepala Otorita, dia enggan berkomentar.
"Kalau kita ingin bikin ibu kota baru ya bermanfaat dan fungsional," tandas dia. [Democrazy/oke]