DEMOCRAZY.ID - Perdebatan terkait kericuhan di Desa Wadas masih terus berlanjut.
Terbaru fakta terkait pemadaman listrik yang dilakukan PLN ketika bentrok antara aparat dan warga Desa Wadas pada Selasa, 8 Februari 2022 lalu kembali terungkap.
Diketahui PLN sempat melakukan pemadaman listrik di Desa Wadas ketika terjadinya kerusuhan antara aparat dan warga terkait penolakan pengukuran lahan tambang dan batu Andesit.
Pemadaman listrik ini membuat warga Wadas sulit mengakses internet, serta harus bergelap-gelapan di malam hari.
PLN sendiri mengklaim bahwa pemadaman listrik di Desa Wadas akibat adanya pohon tumbang yang mengenai jaringan PLN.
Yunarsih, selaku Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) mengungkapkan bahwa PLN terus menjaga pasokan listrik ke pelanggan dan mengklaim jika perseroan tidak terlibat dalam kegiatan selain itu.
“PLN tidak bisa serta merta memadamkan aliran listrik tanpa alasan jelas, kecuali dalam keadaan darurat seperti bencana alam,” ungkap Yunarsih.
Menanggapi hal itu, warga Desa Wadas yang tergabung dalam GEMPADEWA atau Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas mengungkapkan fakta soal pemadaman listrik ketika kericuhan 8 Februari lalu tersebut.
Perwakilan GEMPADEWA mengungkapkan pemadaman listrik bukan akibat pohon tumbang, melainkan unsur kesengajaan.
“Benar mati listrik, tapi nggak ada bencana alam, pohon tumbang nggak ada,” tutur perwakilan GEMPADEWA, Sabtu, 19 Februari 2022.
Pemadaman listrik tersebut juga disertai pemutusan jaringan internet, sehingga warga Desa Wadas sulit melakukan komunikasi dengan orang luar.
“Kami di sini pun juga nggak dapat jaringan, rupanya dimatikan,” ucap perwakilan GEMPADEWA tersebut.
Warga Desa Wadas tersebut baru-baru ini mengungkapkan bahwa aparat juga melakukan sweeping ke rumah warga ketika pemadaman listrik berlangsung.
Hal ini tentu saja menimbulkan ketakutan bagi warga.
“Itu satu malam lebih mati listrik, jadi kami juga ketakutan seperti dikurung dalam kegelapan dan mereka juga melakukan sweeping rumah dan sebagainya,” lanjut warga Desa Wadas tersebut.
Pihaknya juga menjelaskan, setelah terjadi kericuhan, aparat kepolisian dan TNI masih sering berlalu lalang di sekitar desa.
Hal ini membuat warga Desa Wadas masih trauma, sehingga belum bisa melakukan kegiatan sehari – hari seperti semula. [Democrazy/hops]