DEMOCRAZY.ID - Desainer gedung Istana Negara di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Nyoman Nuarta, membeberkan proses merancang ide dan inovasi dalam desainnya dengan mengakomodasi beberapa permintaan khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Nyoman yang juga merupakan pematung tersohor tersebut mengungkapkan, ada berbagai inovasi yang dia terapkan dalam perancangan gedung Istana Negara.
Selain kebutuhan estetik, dia juga tetap mengedepankan kebutuhan arsitekturnya.
"Kita sendiri membuat inovasi barangkali cocok ini itu, kita lihat fungsinya seperti apa, karena ini kan fungsi arsiteknya tidak berubah, fungsi estetiknya tetap. Jadi istilah saya itu arsculpt, arsitektur dan sculpture," tutur Nyoman di video 'Nyoman Nuarta soal Ibu Kota Nusantara' di Youtube David Silahooij, dikutip kumparan pada Selasa (15/2).
David Silahooij sudah mengizinkan kumparan mengutip Nyoman Nuarta yang diwawancarainya.
Kata Nyoman, desain estetik gedung tidak boleh mengubah kebutuhan ruang dan fungsi Istana Negara.
Dia menuturkan awalnya disediakan 2,7 hektare lahan untuk ruangan yang ada di dalam gedung berbentuk burung garuda tersebut.
"Kemudian berubah minta diperkecil karena untuk presiden saja. kemudian pendukung-pendukungnya, staff dan stafsus akan ditaruh di gedung lain, makanya ini awalnya diperlukan 2.7 hektare, besar sekali," ungkap dia.
Dia pun membeberkan permintaan Jokowi agar terdapat taman di dalam gedung tersebut.
Hal ini bertujuan menambah kesan alami dan terbuka, agar penghuni gedung tidak suntuk ketika melakukan aktivitas kenegaraan.
"Ujung-ujung sayap itu kita manfaatkan jadi taman di dalam, jadi ada hutannya di dalam. Presiden minta kalau rapat jangan di ruang-ruang tertutup saja deh, kalau di sini bisa dapet anginnya, dan dia tidak panas," ujar Nyoman.
Adapun ruang dengan kesan terbuka tersebut didukung oleh desain gedung yang memiliki celah-celah seperti sirip.
Inovasi unik tersebut diciptakan Nyoman selain fungsi interior, juga memiliki tujuan ramah lingkungan.
"Sirip-sirip itu bisa tembus angin, lebarnya 80 cm jadi besar. Di belakang kaca ada bilah-bilah ini akan menahan sinar matahari langsung ke kaca, sehingga efek gas rumah kaca bisa terhindar. Gedung sekarang kan harus green, kita sudah uji juga dengan alat canggih," lanjutnya.
Selain itu, inovasi yang diterapkan Nyoman juga terletak dari bahan baku pembuatan gedung tersebut.
Dia menggunakan tembaga untuk lapisan luar yang berupa sirip-sirip tersebut, fungsinya selain anti bakteri, tembaga juga anti lumut.
Nyoman mengatakan, desain dengan bentuk burung garuda merupakan desain pertama yang akhirnya dipilih Jokowi, walaupun dia telah menawarkan desain dan inovasi-inovasi lain.
Saat ditanya apakah ada revisi, Nyoman mengaku ada banyak sekali.
"Oh tentu ada banyak (revisi). Kalau model ini ada 8 kali," jawabnya.
Sementara untuk pendanaan, Nyoman mengaku belum ada angka pasti karena sedang dalam perhitungan untuk kemudian diserahkan ke Kementerian PUPR. Setelah ada angka pasti, tender akan dilakukan.
"Nanti habis tender baru ada DED (Detail Engineering Design). Biasanya kan saya design and build, tapi ini kan proyek negara tidak bisa rugi. Kalau ide saya khusus untuk ini, dananya ya dari rakyat lah kita-kita ikut nyumbang Rp 100 ribu, Rp 200 ribu, bisa jadi ini," pungkas Nyoman. [Democrazy/dtk]