DEMOCRAZY.ID - Dialog Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dengan warga Desa Wadas, Bener, Purworejo, yang digelar di Masjid Nurul Huda, Dusun Krajan, Minggu (13/2) lalu diiringi nyanyian penolakan.
Usai melakukan dialog dengan warga Wadas di masjid tersebut, Gubernur Ganjar mendapat sambutan lagu penolakan dari warga Desa Wadas yang berbaris di depan masjid.
Sebuah video yang diunggah Sekjen Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR) Yosef Sampurna Nggarang memperlihatkan warga membentuk dua barikade barisan yang saling berhadapan di depan masjid.
Barikade ini hanya menyisakan ruang untuk Gubernur Ganjar berjalan meninggalkan masjid.
Saat Ganjar keluar masjid, warga sudah serentak menyanyikan lagu penolakan.
“Siap, siap, siap. Menolak dan melawan akan kita singkirkan segala intimidasi dan kesewenang-wenangan,” bunyi penggalan lagu yang dinyanyikan warga.
“Siap, siap, siap. Kami gerakan masyarakat peduli alam Desa Wadas akan terus bergerak sampai darah penghabisan dan tak kenal menyerah,” lanjutan lagu tersebut.
Ganjar yang berjalan di antara dua barikade dan mendengar langsung nyanyian tersebut tampak sibuk mencari tangan warga untuk dijabat.
Yel-yel dari masyarakat ternyata juga sudah berkumandang saat Ganjar berdialog di teras masjid.
Di hadapan Ganjar, warga yang mayoritas terdiri dari kaum hawa menyerukan agar Ganjar mencabut Izin Penetalan Lokasi (IPL) tambang.
“Ini di Wadas. Sebagaimana kita lihat di video ini, masyarakat Wadas berdialog dengan Ganjar Pranowo. GP (Ganjar Pranowo) mendengar langsung suara nyanyian penolakan atas kebijakanya soal tambang batu andesit,” ujar Yos Nggarang dalam unggahannya itu.
Yos Nggarang yakin suara protes rakyat di berbagai daerah akan menembus tembok kekuasaan, meskipun dipagari oleh pendengung bayaran dan oligarki.
“Rakyat tak diam. Pepatah China mengatakan ‘kertas tidak dapat membungkus api’. Semangat rakyat tidak mungkin ditumpas dan bahwa kebenaran akan muncul dengan sendiri,” tutupnya. [Democrazy/pojok]