DEMOCRAZY.ID - Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani mengatakan jika kubu pendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin bisa saja terpecah pada Pilpres 2024 mendatang.
Menurut Arsul, dengan pecahnya koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin, bukan tidak mungkin akan muncul lebih dari dua pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Menyoroti hal tersebut, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun pun menilai PPP bisa menjadi faktor determinatif apabila bersedia ‘membakar diri’ dengan keluar dari kubu pendukung Jokowi.
Ia menyebut bahwa PPP bisa menggandeng PKS dan Partai Demokrat untuk maju sebagai capres dan cawapres di Pilpres 2024.
Sementara itu, menurut pandangan Refly Harun, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri nampaknya akan tetap mencalonkan Puan Maharani dan Prabowo Subianto, sehingga PDIP dan Gerindra bisa menjadi satu poros.
“Kalau misalnya katakanlah Megawati kukuh mencalonkan Puan Maharani dan Prabowo, maka Puan Maharani dan Prabowo sudah cukup menjadi satu poros,” kata Refly Harun, dalam video yang diunggah di kanal YouTube pribadinya, pada Rabu 16 Februari 2022.
Tak hanya itu, kata Refly, Golkar juga bisa maju dengan menggandeng PKB dan Nasdem.
Refly menilai, apabila terdapat lebih dari dua calon pasangan capres dan cawapres, maka akan tercipta Pilpres yang lebih murni dan calon pun akan lebih baik.
Namun, berbeda halnya apabila terjadi campur tangan oligarki untuk mengajukan pasangan calon.
“Tapi kalau ada tangan oligarki yang bisa mencengkeram semua partai yang ada di istana saat ini, sudah, the game is over,” terangnya.
“Mereka bisa ciptakan dua pasangan calon dan itu calon boneka atau suruh berkelahi tapi hanya di antara mereka, dan sisanya bagi-bagi kekuasaan,” ungkap Refly.
Lebih lanjut, Refly juga menjelaskan skenario terburuk di mana muncul empat pasangan calon, salah satunya adalah Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). [Democrazy/terkini]