DEMOCRAZY.ID - Pemuda ini sering menangis, takut dan tampak gelisah.
Ternyata, terkait dengan kisah hidupnya di masa lalu sebagai tukang gali kubur.
Tentunya, sebagai tukang gali kubur, ia sering melihat jenazah, mayat dan tentu saja melihat kematian dengan sangat dekat.
Anehnya, ketika ia jadi tukang gali kubur, pemuda itu sering melihat beberapa mayat yang berubah posisinya. Bahkan beberapa mayat tersebut tidak lagi menghadap kiblat.
Ia juga meyakini, tidak ada seorang pun yang memindahkan posisi mayat-mayat tersebut. Hal ini membuatnya traumatis.
Kisah ini sendiri termaktub dalam kitab Uyun al-hikayat min Qashas ash-shalihin wa nawadir az-zahidin karya Ibnul Jauzi.
Suatu ketika, pemuda tukang gali kubur itu pun bertemu dengan Yusuf bin Asbath, seorang alim dan saleh.
Akhirnya ia bercerita tentang kisah masa lalunya sebagai tukang kubur.
Mayat Tidak Menghadap Kiblat
Ia pun mengisahkan kejadian aneh yang dialaminya tersebut kepada Yusuf bin Asbath.
“Saya melihat kebanyakan mayat, wajahnya tidak lagi menghadap kiblat, hanya sedikit saja mayat yang masih tetap menghadap ke arah kiblat,” paparnya.
“Hanya sedikit saja sedikit saaja mayat yang masih tetap menghadap kiblat?” tanya Yusuf bin Asbath.
Usai mengatakan hal itu, tiba-tiba saja Yusuf bin Asbath seperti tercengang kaget. Lantas, ia pun tidak sadarkan diri.
Usai diobati seadanya, Yusuf bin Asbath pun tersadar. Tapi, entah kenapa hanya kalimat ini yang muncul dari mulutnya.
“Hanya sedikit saja sedikit saaja mayat yang masih tetap menghadap kiblat?” kata Yusuf bin Asbath.
Hal itu pun terjadi beberapa kali. Ia diobati, sadar lagi, lantas mengucapkan kalimat di atas dan pingsan kembali.
Hingga akhirnya datang seorang tabib bernama Sulaiman yang menyembuhkannya.
Ternyata, tabib tersebut adalah seorang tabib dari istana yang enggan meminta imbalan apa pun dari Yusuf bin Asbath.
Kisah tersendiri ini pun membuat Yusuf bin Asbath lebih banyak beribadah dan mengingat kematian.
Siksa kubur atau apa pun itu pasti ada, dan tugas manusia hanyalah beribadah dan minta ampun dari-Nya.
Wallahu a’lam. [Democrazy/agama]