DEMOCRAZY.ID - Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in, Kamis (16/12), meminta maaf kepada masyarakat atas kegagalan pemerintahnya meredam penyebaran virus penyebab penyakit COVID-19.
Dalam pernyataan yang disampaikan juru bicara kepresidenan, Moon juga memohon maaf karena pemerintah gagal menjaga kecukupan ranjang rumah sakit selama masa pelonggaran pembatasan sebelumnya.
Sementara itu, pemerintah Korea Selatan pada Kamis menyatakan akan kembali mengetatkan pembatasan sosial ketika jumlah kasus baru dan pasien COVID-19 yang dirawat inap meningkat.
Keputusan itu diambil satu setengah bulan setelah pembatasan COVID-19 dilonggarkan.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan 7.622 kasus baru pada Rabu (15/12), sehari setelah mencatat rekor harian 7.850 kasus.
Jumlah pasien yang parah mencapai rekor baru 989 kasus. Sekitar 87 persen ruang perawatan intensif terisi pasien di kawasan metropolitan Seoul dan sekitar 81 persen di seluruh negeri.
Jumlah kasus harian menembus angka 7.000 untuk pertama kalinya pekan lalu, hanya beberapa hari setelah melewati angka 5.000.
Direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCA) Jeong Eun-kyeong mengatakan angka harian itu bisa menembus 10.000 bulan ini jika tidak ada perubahan dalam penanganan COVID-19.
Selain itu, pembatasan mobilitas akan kembali diberlakukan di Korsel mulai Sabtu (18/12) hingga 2 Januari 2022.
Peserta pertemuan dibatasi tidak lebih dari empat orang yang sudah divaksin lengkap.
Restoran, kafe, dan bar harus ditutup pada pukul 21.00 sedangkan bioskop dan kafe internet pada jam 22.00, kata pejabat.
Orang-orang yang tidak divaksin hanya boleh makan di luar rumah sendirian atau membeli makanan untuk disantap di rumah. [Democrazy/indoz]