DEMOCRAZY.ID - Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menilai wajar apabila ada yang mengkritik kemunculan baliho-baliho bergambar Ketua DPR Puan Maharani di sekitar lokasi bencana erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.
"Kalau kritik, biasa, sudah sejak zaman Bung Karno dulu sudah biasa namanya presiden dikritik," kata Hasto kepada wartawan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/12/2021).
Hasto mengatakan, kritik sesungguhnya merupakan hal yang biasa dalam demokrasi.
Namun, ia menilai semestinya publik juga melihat bahwa PDI-P telah turun membantu korban erupsi Semeru.
Ia mengeklaim, seluruh kader PDI-P setempat juga sudah turun ke lapangan jauh sebelum Puan meninjau lokasi pengungsian beberapa hari lalu.
Diberitakan sebelumnya, baliho Puan bertebaran di sepanjang jalan menuju lokasi bencana letusan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur. Baliho tersebut bertuliskan "Tangismu, tangisku, ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan."
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) mengkritik keberadaan baliho-baliho tersebut yang dinilai dapat mengganggu citra DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.
Lucius juga menilai baliho tersebut tidak akan berhasil menaikkan popularitas Puan, tetapi malah dapat menjadi bahan olok-ollokan oleh masyarakat.
"Kalau baliho itu untuk pencitraan dirinya, ya jelas tak akan kesampaian. Bagaimana bisa orang lagi susah disuruh mikir politik dan ambisi politisi yang ada di baliho itu?" kata Lucius kepada wartawan, Selasa (21/12/2021).
"Dan jelas bahwa sebagai daerah bencana potensi baliho-baliho itu akan juga jadi sorotan publik menjadi semakin terbuka karena ada banyak relawan maupun media yang lalu lalang di daerah bencana," tambah dia. [Democrazy/kmp]