DEMOCRAZY.ID - Muhammad Yuanda Zara, Ph.D, pakar sejarah Indonesia dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengatakan, dalam sejarah Nasional sepertinya ada ketidaksambungan yang membuat peranan Muhammadiyah seakan hilang atau tidak terkoneksi dengan sejarah bangsa ini.
Peran Muhammadiyah, menurutnya, besar tapi karena terkadang terlalu kompleks dan di penulisan hanya terfokus pada soal internal di organisasi saja yang jadi sebab luput dalam sejarah.
Padahal, kata penulis buku sejarah Peristiwa 3 Juli 1946 (2009) sejarah Muhamamdiyah bisa ditulis banyak hal dan terkadang bisa dari hal-hal kecil.
“Dalam penulisan sejarah Muhammadiyah banyak sekali yang menyoroti tentang sejarah timbulnya Muhammadiyah, biasanya siapa pendirinya, susunan anggotanya, kegiatannya seperti apa, gagasan keagamaanya bagaimana, dan lain-lain, namun belum menyentuh Sejarah Kecil atau tema-tema lain,” tutur Muhammad Yuanda Zara dalam Kongres Sejarawan Muhamadiyah di Aphitarium Universitas Ahmad Dahlan sabtu lalu, sebagaimana dikutip dari Situs Resmi Muhammadiyah.
Hal tersebut, katanya, memberi kesan bahwa studi sejarah Muhammadiyah kurang terkoneksi dengan studi sejarah Indonesia, terutama yang menyangkut aspek sosial-budaya.
“Padahal banyak hal yang bisa dielaborasi, misalnya, tentang pengalaman ‘rakyat biasa’ di persyarikatan Muhammadiyah. Kalau kita perhatikan beberapa kajian tentang sejarah Muhammadiyah fokusnya hanya bicara soal dinamika internal organisasi. Jadi Muhammadiyah seakan terlepas dan terisolasi dari perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia secara umum,” tandasnya
Dosen Ilmu Sejarah UNY ini lantas memberi contoh, sebaiknya sejarah-sejarah dan tema kecil persyarikatan Muhammadiyah baiknya ditulis agar kelak publik tahu peranan Muhammadiyah besar dalam sejarah Indonesia.
“Banyak sekali tema-tema yang ringan yang bisa kita angkat dalam penulisan sejarah Muhammadiyah. Misalnya, Muhammadiyah dan prangko, Muhammadiyah dan kereta api, Muhammadiyah sejarah perpustakaan atau Muhammadiyah dan sejarah remaja,” pungkas alumni Leiden University ini.
Secara terpisah, seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, Kevin W. Fogg, sejarawan asal University of North Carolina at Chapel Hill Amerika Serikat, menemukan sejumlah bukti terkait peranan ormas Muhammadiyah ternyata beberapa hilang dalam sejarah Nasional Indonesia.
Padahal, kata dia, eksistensi perjuangan umat Islam di masa colonial yang gigih melakukan perlawanan tidak bisa dianggap remeh.
Muhammadiyah adalah salah satu ormas Islam besar yang punya peranan dalam revolusi. Salah satunya, punya jejak besar dalam pertempuran Surabaya 10 November 1945.
“Yang bikin saya heran, kok sumbangan umat Islam yang begitu besar tidak begitu didalami, dihargai sebagai dasar yang kuat bagi perjuangan Indonesia dalam masa revolusi,” ungkapnya sebagaimana dikutip situs resmi Muhammadiyah. [Democrazy/ktv]