DEMOCRAZY.ID - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) Siti Nurbaya mengklaim mayoritas deforestasi selama satu dekade terakhir bukan bersumber pada perizinan diterbitkan pemerintahan Presiden Jokowi.
Namun mayoritas deforestasi yang terjadi selama satu dekade terakhir bersumber dari periode pemerintahan sebelumnya.
Berdasarkan hitungan, satu dekade terakhir berarti 10 tahun terakhir. Saat ini tahun 2021, berarti kerusakan atau penghilangan hutan sejak 2011.
Presiden Jokowi memerintah sejak 2014. Periode pertama 2014-2019 dan kedua 2019-2024.
Kembali ke Menteri KLH, Siti Nurbaya menyatakan laju deforestasi (hilangnya hutan) Indonesia terus menurun dalam periode kepemimpinan Presiden Jokowi, yang dibuktikan oleh data deforestasi selama sekitar satu dekade terakhir.
Dalam kurun waktu 6-7 tahun terakhir, Indonesia secara nyata telah menunjukkan komitmennya dalam bentuk kerja nyata di lapangan terutama dalam menekan angka deforestasi dan penurunan emisi.
Bahkan, deforestasi Indonesia pada 2019/2020 adalah yang terendah dalam dua dekade terakhir.
“Di tahun 2020, angka deforestasi turun drastis hanya tinggal 115,2 ribu ha. Angka deforestasi di tahun ini menjadi angka deforestasi terendah dalam 20 tahun terakhir,” tegas Siti dalam pernyataan tertulis, Senin (8/11/2021).
Laju penurunan deforestasi yang nyata tersebut, lanjut Siti, tentu terus diupayakan untuk tetap berada pada jalur penurunan deforestasi yang stabil hingga 2024 nanti.
Luas hutan alam Indonesia saat ini mencapai lebih dari 90,1 juta hektar, atau setara dengan lebih dari 3,5 kali lipat luas Inggris.
Presiden Jokowi dalam pidatonya di COP26 menyatakan bahwa laju penurunan deforestasi tersebut merupakan salah satu capaian nyata kehutanan Indonesia yang tidak terbantahkan.
Mayoritas deforestasi yang terjadi selama satu dekade terakhir bukan bersumber pada perizinan yang diterbitkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi, namun bersumber dari periode pemerintahan sebelumnya.
Fakta lain kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga bisa ditekan hingga 82 % di tahun 2020.
Padahal di saat yang sama dunia justru sedang mengalami cuaca esktrem yang mengakibatkan negara seperti Amerika, Kanada, dan lainnya harus mengalami karhutla.
“Kita bersyukur di tahun 2019 dan tahun 2020, Indonesia bisa terhindar dari duet bencana asap karhutla dan corona, mengingat cuaca ekstrem yang sedang melanda dunia,” ujarnya. [Democrazy/pojok]