DEMOCRAZY.ID - Politisi Partai Ummat, MS Kaban melontarkan sindiran keras kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengenai utang.
MS Kaban menilai bahwa Jokowi gagal mewujudkan visi Presiden karena strategi hutang yang menurutnya ugal-ugalan sehingga membebani hidup rakyat.
“PYM Presiden Jokowi gagal wujudkan visi Presiden karena strategy hutang ugal-ugalan berbuah beban berat hidup rakyat,” kata MS Kaban melalui akun Twitter pribadinya pada Jumat, 5 November 2021.
“Pembantu presiden kreatif cari Cuan. Buzzer sibuk cari kalimat sanjungan yang membuat batu sandungan,” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi memang kerap dikritik karena utang pemerintah di eranya yang dinilai membengkak.
Berdasarkan laman APBN KiTa Kementerian Keuangan per akhir September 2021, utang pemerintah sudah menembus Rp6.711,52 triliun.
Utang ini bertambah cukup signifikan dibandingkan posisi utang pemerintah pada penghujung Agustus 2021, yakni Rp6.625,43 triliun.
Sebab, dalam waktu sebulan saja, utang negara sudah bertambah sebesar Rp86,09 triliun.
Pertambahan utang pemerintah tentunya juga menyebabkan kenaikan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Pada September 2021, rasio utang terhadap PDB adalah 41,38 persen, naik dari sebulan sebelumnya yang sebesar 40,85 persen.
Sebagai catatan, kontribusi paling besar ke utang Pemerintah Indonesia paling besar adalah penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) domestik, yakni sebesar Rp5.887,67 triliun.
SBN domestik ini terbagi dalam dua, yakni Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Selain SBN domestik, Pemerintah Indonesia juga berutang melalui penerbitan SBN valas, yakni sebesar Rp1.280 triliun per September 2021.
Utang pemerintah lainnya bersumber dari pinjaman, yakni sebesar Rp823,85 triliun yang meliputi pinjaman dalam negeri sebesar Rp12,52 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 811,33 triliun.
Lebih rinci lagi, pinjaman luar negeri itu terdiri dari pinjaman bilateral sebesar Rp306,18 triliun, pinjaman multilateral sebesar Rp463,67 triliun, dan commercial banks sebesar Rp41,48 triliun. [Democrazy/terkini]