DEMOCRAZY.ID - Managing Director Political Economy & Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengungkapkan, kondisi ekonomi di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) sudah lama terseok-seok sejak akhir tahun 2014.
Menurut Anthony Budiawan, trend ekonomi di Indonesia terus mengalami penurunan sejak sekitar tahun 2011-2012, dan terus melambat sejak tujuh tahun silam.
"Ekonomi kita ini kalau saya menggambarkannya sebenarnya sudah lama terseok-seok, sudah tidak sehat lah sejak lumayan lama, sejak akhir 2014 lah," kata Anthony Budiawan, dikutip dari kanal YouTube Refly Harun pada Jumat, 5 November 2021.
"Jadi mangkannya kita tidak melihat bahwa apakah ini pemerintahan yang sekarang atau tidak. Nah kita lihat kalau dari trend dari 2004 atau tahun 2000, itu takenya sampai dengan 2011 atau 2012, terus ekonomi kita turun terus," sambungnya.
Mantan Politisi Partai Nasdem itu mengatakan, ekspor di dalam negeri pada tahun 2011 senilai USD 203 miliar, namun mengalami penurunan menjadi USD 145 miliar pada 2016.
Dengan angka tersebut, maka angka ekspor di Indonesia menurun sekitar 25% bahkan lebih.
Menurutnya, tanda-tanda adanya penurunan kondisi ekonomi di Tanah Air sudah terlihat sejak akhir tahun 2012-2013.
Sayangnya, pemerintahan Jokowi tidak mampu memperbaiki kondisi ini, bahkan terus memburuk selama beberapa tahun terakhir.
"Kita ada harapan dengan pemerintahan Jokowi, tapi sayangnya itu tidak ada recovery. Bahkan kalau kita lihat, ekonomi kita semakin rapuh," ujarnya.
Anthony Budiawan menuturkan, kebijakan pengembangan ekonomi di bawah pemerintahan Jokowi lebih banyak mengandalkan infrastruktur dan pertambangan.
Karenanya, industri di dalam negeri tidak berkembang sehingga ekspor terus menurun.
"Kalau saya lihat, kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi, ini lebih banyak mengandalkan infrastruktur dan pertambangan di dalam economy development-nya. Jadi kalau kita lihat, industrinya itu tidak terlalu berkembang. Nah itu juga menunjukkan kalau kita punya ekspor, ekspornya turun terus," paparnya.
Menurutnya, naiknya angka ekspor saat ini karena mengikuti harga komoditas pasar.
"Ekspor kita bisa naik, tahun ini mungkin naik cukup tinggi karena harga komoditas naik. Jadi, ekonomi kita ini masih tergantung pada komoditas khususnya batu bara, sawit, karet," tutur Anthony.
Lebih lanjut, dia menilai bahwa infrastruktur merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Namun, infrastruktur yang dibangun di era pemerintahan Jokowi menurutnya tidak mendukung kegiatan industri, melainkan mobilitas manusia dan logistik.
Sayangnya, lagi-lagi pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Jokowi banyak yang mangkrak karena tidak terpakai.
"Tidak ada manfaat ekonomisnya," tegasnya.
Selain itu, dia juga memaparkan bahwa pertambangan mineral dan batu-bara (minerba) di Indonesia hanya menguntungkan segelintir orang.
"Pertambangan, nikel, apa segala itu semuanya dikalahkan. Yang diuntungkan ini hanya segelintir orang. Jadi itu bukan untuk masyarakat umum lah, apalagi kalau di sini adalah investasi asing. Nah yang dimanfaatkan adalah mereka, lalu harganya pun diatur juga. Jadi, manfaat Indonesianya tuh apa?" ucapnya.
Dia bahkan mengatakan, pertambangan minerba justru mengalahi kedaulatan daerah.
Menurutnya, daerah hanya dimanfaatkan dan justru mendatangkan bencana alam yang menyusahkan masyarakat. [Democrazy/pkry]