DEMOCRAZY.ID - Mantan Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan ikut angkat suara terkait temuan Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3S) yang dirilis pada Senin, 1 November 2021 kemarin.
Dalam hasil risetnya, LP3S bersama Universitas Diponegoro, KITLV Leiden, Universitas Amsterdam, Universitas Islam Indonesia, dan Drone Emprite mengungkapkan, ada dugaan bahwa buzzer dan pasukan siber digunakan oleh para elite politik untuk mendukung pelemahan KPK melalui revisi UU KPK.
Selain itu, buzzer juga diduga berperan dalam pengesahan UU Cipta Kerja/Omnibus Law.
Peneliti KITLV Ward Berenschot mengatakan, cyber troops atau pasukan siber sengaja digunakan oleh para elite politik dan elite ekonomi untuk memanipulasi opini publik.
Menanggapi hal ini, Novel Baswedan mengaku kasihan terhadap perilaku para buzzer. Pasalnya menurutnya, pasukan siber ini hanya merusak dirinya sendiri.
"Melihat kelakuan BuzzeRp mestinya kita kasihan, krn ybs merusak dirinya sendiri," kata Novel Baswedan, dikutip dari akun Twitter @nazaqistha pada Selasa, 2 November 2021.
Novel Baswedan menilai, pasukan siber yang digunakan oleh elite politik telah merusak persepsi publik dan mengadu domba. Hal ini dapat menghancurkan tatanan sosial.
"Masalahnya mrk jg merusak persepsi publik dan mengadudomba, yg bisa menghancurkan tatanan sosial," ujarnya.
Menurut lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) itu, buzzer dan semua pihak yang terlibat merupakan pengkhianat masa kini.
"BuzzeRp, pemodalnya, yg memanfaatkannya dan yg terlibat adl pengkhianat era now," tegasnya. [Democrazy/pkry]