DEMOCRAZY.ID - Jenderal Hoegeng merupakan seorang polisi melegenda & selamanya akan terus dikenang atas apa yang telah ia torehkan semasa hidup.
Hoegeng menikah dengan seorang perempuan bernama Meriyati Roeslani atau yang kerap disapa Merry.
Dari pernikahannya, mereka dikarunia 3 orang anak. 2 perempuan & 1 laki-laki.
Suatu ketika, Aditya Soetanto Hoegeng yang merupakan anak kedua dari polisi Hoegeng berniat masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).
Adit, sapan akrabnya, masih duduk di bangku SMA. Untuk bisa mendaftar AKABRI, salah satu syarat ialah harus melampirkan atau menyertakan surat izin dari orang tua.
Dengan semangat, Aditya datang ke Markas Besar (Mabes) Polri untuk meminta surat izin orang tuanya.
Di momen itu, untuk pertama kalinya ia melihat sosok Hoegeng bukan sebagai seorang ayah yang biasanya ramah.
Setelah menyampaikan niatan membutuhkan surat izin dari orang tua, Hoegeng hanya menjawab nanti saja kepada anaknya.
Setelah kurang lebih 3 hari menunggu, tiba-tiba ajudan Hoegeng memberitahu Aditya kalau dirinya telah ditunggu oleh bapaknya di Mabes Polri.
Mengetahui sikap orang tuanya dari pertemuan sebelumnya, Aditya menyiapkan mental dengan matang. Aditya menanyakan perihal surat izin yang ia minta beberapa hari lalu. Akan tetapi, Hoegeng tidak memberikannya dan meminta anaknya pergi.
Dalam pikirannya, mungkin saja ayahnya hanya tinggal mengirimkan radiogram dari Mabes Polri untuk syarat pendaftaran AKABRI.
Setelah keluar dari Mabes Polri, ia baru menyadari bahwa pendaftaran sudah tutup 2 hari yang lalu.
Rasa kecewa & marah menyelimuti hatinya. Sebab, cita-citanya ingin masuk AKABRI tidak kesampaian.
Pada akhirnya,Hoegeng menjelaskan kenapa ia tidak mengizinkan anaknya bergabung di AKABRI.
Hoegeng sama sekali tidak ingin jabatan yang disandangnya sebagai Kapolri, akan memudahkan atau setidaknya memengaruhi anaknya masuk AKABRI.
Selepas menjelaskan panjang lebar, dengan kerendahan hati, Hoegeng berdiri dari kursinya dan menghampiri anaknya sembari meminta maaf. [Democrazy/indoz]