AGAMA

Sejumlah Pengakuan Mengejutkan dari Eks Komandan Negara Islam Indonesia

DEMOCRAZY.ID
Oktober 07, 2021
0 Komentar
Beranda
AGAMA
Sejumlah Pengakuan Mengejutkan dari Eks Komandan Negara Islam Indonesia

Sejumlah Pengakuan Mengejutkan Terbaru dari Eks Komandan Negara Islam Indonesia

DEMOCRAZY.ID - Dugaan kasus puluhan anak dan sejumlah orangtua di wilayah Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut dibaiat masuk aliran sesat Negara Islam Indonesia (NII) kembali mencuat ke publik.


Dilaporkan, dalam proses tersebut mereka juga diduga didoktrin dengan paham-paham radikal yang bisa membahayakan diri sendiri.


Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri langsung mendalami terkait adanya dugaan baiat NII di wilayah tersebut.


Diberitakan pada 19 Oktober 2019, muncul pengakuan dari mantan komandan NII bernama Ken Setiawan.


Di depan ratusan personel polisi, dia melakukan "penebusan dosa" dengan membeberkan bagaimana aliran yang erat kaitannya dengan terorisme itu menyebar.


Menurut dia, proses perekrutan untuk menjadi pelaku teror masih terus terjadi. Bahkan, tidak lagi menyasar tempat ibadah atau tempat kajian keagamaan, melainkan mal, ruang publik, tempat berkumpul anak muda hingga kedai kopi yang saat ini tengah digandrungi.


"Jadi harus ada kewaspadaan terkait proses penyebaran aliran ini. Jangan lemah dan kuncinya kuatkan rasa toleransi. Sekali intoleransi, mereka tentu akan mudah menyusupi ke pikiran kita. Apalagi sekarang bukan lagi di masjid tapi sampai ke coffee shop," ucap dia saat menjadi pembicara dalam kegiatan sosialisasi pencegahan radikalisme yang digelar Kepolisian Resor Metro Bekasi di Gedung Swatantra Wibawamukti, Cikarang Pusat, Jumat, 18 Oktober 2019.


Pria bernama asli Kurniawan ini mengaku masuk NII sekitar tahun 2000 lalu. 


Ketika itu, dia yang kelahiran Kebumen ini datang ke Jakarta untuk mengikuti kejuaraan pencak silat se-Indonesia. 


Di sela kejuaraan, dia bertandang ke salah seorang temannya untuk bersilaturahmi.


Tidak disangka, di lokasi temannya itu sudah ada anggota NII.


"Awalnya saya tidak tahu, cuma saya kagum dengan teman saya itu karena di tengah kawasan metropolitan masih ada yang menekuni agama. Saya berdialog yang kemudian argumentasi saya kalah. Alhasil saya terus didoktrin hingga masuk ke golongan mereka," katanya.


Tiga tahun menjadi anggota NII, dia dianggap menjadi anggota "berprestasi" karena mampu merekrut banyak orang. 


Dia yang dianugerahi sebagai perekrut terbaik lantas didapuk menjadi Komandan NII ketika itu.


Dia mendekati orang di banyak tempat, baik di terminal, di stasiun atau yang lain. Berbekal berbagai materi yang dikuatkan dengan sejumlah potongan ayat Alquran, dia mendekati setiap orang. Mudah baginya memengaruhi orang ketika itu.


"Kuncinya jangan biarkan korban ini berpikir, maka terus disusupi materi-materi sampai akhirnya korban tercuci otaknya kemudian mau masuk ke kelompok. Proses ini cuma butuh hitungan jam tapi sembuhnya bakal susah," katanya.


Tidak hanya menyasar mereka yang taat agama, namun juga anak muda yang labil dalam berpikir. Di Bekasi, Ken mengaku banyak merekrut anggota dari kalangan karyawan pabrik. Bahkan tidak sedikit yang dikirim ke ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.


"(Yang berangkat ke ISIS) mungkin sekarang sudah meninggal," ucapnya.


Para teroris ini, kata dia, menafsirkan dirinya sebagai wakil Allah di muka bumi. Mereka taat kepada perintah pimpinan yang mereka anggap sebagai perintah rasul.


"Pahamnya, 'kami mendengar, kami taat'. Maka ketika masuk, mereka lebih mementingkan golongannya dan mengabaikan keluarga mereka. Bahkan jika keluarga mereka belum masuk golongan, mereka menganggap keluarganya kafir," katanya.


Bertahun-tahun tergabung, Ken mulai sadar apa yang dilakukannya salah. Banyak orang tua yang kehilangan anaknya karena telah dicuci otaknya.


Bahkan, mereka yang direkrut pun bukan menjadi pribadi yang lebih baik, melainkan sebaliknya. Tidak jarang di dalam kelompok, mereka menghalalkan pencurian hingga tindakkan kriminal lain.


"Ketika saya memutuskan untuk berhenti, saya dianggap murtad, dianggap pengkhianat. Sering sekali masuk ancaman-ancaman pada saya. Bahkan, kalau ada panitia yang mengundang saya untuk hadir juga ikut diancam akan dibom. Makanya kadang kalau ada acara, datang juga tim gegana, semua dicek metal detector," tuturnya.


Ken mengaku sangat menyesal dengan masa lalu dan merasa memiliki beban moral yang berat. Itu mengapa dia saat ini aktif sebagai pembicara untuk menangkal masuknya teror.


Selain itu, dia pun mendirikan NII Crisis Center yang diperuntukkan bagi para korban yang terpapar NII dan terorisme.


Menurut dia, dari serangkaian penyebaran paham terorisme yang terjadi, keluarga memiliki peran sangat vital sebagai penangkal.


"Poin penting yang harus ditanamkan itu adalah toleransi. Sekali toleransi lemah, ajaran itu cepat masuk dan susah kembali lagi. Ini yang selalu saya tanamkan." ucapnya. [Democrazy/pk-ry]

Penulis blog