DEMOCRAZY.ID - Pengakuan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen R Ahmad Nur Wahid, pernah terpapar paham radikal cukup jadi sorotan publik. Pengakuan ini justru dipertanyakan, karena dianggap menyudutkan Islam.
"Memang saya juga pernah terpapar paham radikal, sampai saya juga mau berangkat ke Afganistan," kata Ahmad Nur Wahid dalam webinar "Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial" yang disiarkan kanal YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, beberapa waktu lalu.
Hal ini memicu pertanyakan besar di kepala Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Tjetjep Muhammad Yasin.
"Yang menjadi pertanyaaan, bagaimana bisa seseorang berpangkat perwira bahkan sekarang berpangkat Brigadir Jenderal bisa terpapar? Ini perlu ada pembuktian supaya tidak ada fitnah, mengingat yang saya rasakan kata radikal atau teroris dari awal keluar sampai sekarang ini seolah-olah hanya ditujukan ke agama Islam," ujar Gus Yasin, sapaannya, Rabu (6/10).
Menurut Gus Yasin, selama dirinya mengaji dari banyak guru tidak pernah merasakan adanya Islam radikal, selain dari pemanfaatan kata Islam radikal untuk kepentingan politik dan kelompok tertentu.
"Saya juga mempertanyakan kalaulah Nur Wahid pernah terpapar, kenapa tidak dari dulu saat terpapar ngomong. Bahkan bila perlu menjadi saksi di Pengadilan. Kenapa kok ngomongnya baru sekarang di momen hari Kesaktian Pancasila yang seharusnya kepatutannya Nur Wahid menyampaikan keradikalan dan kebrutalan PKI dalam usahanya melakukan pengkhianatan kepada NKRI dan Pancasila yang gagal?" tuturnya.
Gus Yasin juga mempertanyakan sikap Nur Wahid yang tidak menyinggung radikalisme di agama lain, di mana ada perorangan atau kelompok yang bahkan sampai menembaki mati orang Islam yang sedang shalat Jumat.
"Untuk maksud apa Nur Wahid hanya menyinggung Islam, bukan dalam jabatannya saat ini saya yakin Nur Wahid tahu ada banyak individu atau kelompok dalam agama di luar Islam yang juga bisa masuk katagori radikal. Saya prihatin saat ini ada beberapa pejabat yang untuk kepentingan pribadi tidak berpikir efeknya selalu membuat opini seolah-olah Islam adalah agama yang pengikutnya radikal bahkan teroris," imbuhnya.
Padahal di Papua, lanjut Gus Yasin, ada gerakan OPM dan bukan orang Islam, yang tindakannya bukan hanya radikal bahkan membunuhi guru, tenaga kesehatan, dan rakyat tidak berdosa. Namun hal ini tidak disinggung oleh Nur Wahid sebagai petinggi BNPT.
"Islam dan orang Islam itu selain akidah sebagai dasarnya iman dan tauhid, sesungguhnya mengayomi, menghormati dan sangat toleran kepada siapapun," demikian Gus Yasin. [Democrazy/rmol]