DEMOCRAZY.ID - Calon presiden (Capres) Korea Selatan (Korsel), Heo Kyung-young mengklaim dia memiliki berbagai kekuatan batin dan menjanjikan sejumlah bonus uang tunai yang cukup besar untuk setiap orang jika dirinya menang.
Seorang politisi rakyat yang karismatik ini mengaku memiliki strategi kemenangan untuk pemilihan Presiden Korea Selatan 2022 mendatang.
Dia akan memberi setiap warga negaranya sebesar 62.000 poundsterling (Rp1,2 miliar).
Kekayaan yang dimiliki Heo sendiri tidak terlalu buruk. Surat kabar The Chosun Ilbo telah memperkirakan kekayaan bersihnya di suatu tempat di wilayah sebesar 36,4 miliar won (Rp435 miliar).
Selain memberikan uang, kandidat independen Heo Kyung-young, 71, mengatakan dia dapat menyembuhkan orang dan mentransfer energi hanya dengan melakukan kontak mata, serta melayang dari tanah menggunakan kekuatan pikiran.
Strateginya adalah menawarkan 100 juta won (Rp1,2 miliar) kepada setiap warga negara berusia 18 tahun ke atas, dan menambahkannya dengan 1,5 juta won (Rp18 juta) setiap bulan.
Tak satu pun dari saingannya, gubernur Provinsi Gyeonggi saat ini, Lee Jae-myeong atau mantan Jaksa Agung Yoon Seok-yul, menawarkan insentif uang tunai untuk pemilih.
Tapi Heo bertekad untuk menang, dan memiliki agenda radikal yang berpusat pada apa yang dia katakan sebagai korupsi politik yang meluas di negara itu.
“Bukannya kita tidak punya banyak uang di negara ini, tapi ini karena kita punya banyak perampok,” terangnya.
Dia mengatakan bahwa ada terlalu banyak politisi korup - atau "perampok". Dia memutuskan datang untuk menangkap mereka.
Heo juga mengatakan dia akan memangkas jumlah anggota parlemen negara itu dan membatalkan upah anggota parlemen yang tersisa, menjadikan pekerjaan itu sebagai posisi kehormatan dan tidak dibayar.
Meskipun gagal memenangkan kursi kepresidenan pada dua pemilihan sebelumnya – dan pada satu kesempatan berakhir di penjara karena membuat klaim pemilihan yang salah – Heo yakin dia akan memenangkan pemilihan kali ini.
“Semua politisi kita saat ini berasal dari keluarga kaya dan universitas bergengsi, sementara pejabat pemerintah memiliki gaji yang besar,” terang salah satu pendukung Heo, seorang sopir taksi dari Busan bernama Kim, mengatakan kepada South China Morning Post.
“Orang-orang ini tidak tahu bagaimana rasanya berada di kelas pekerja dan meneteskan air mata karena Anda tidak punya cukup uang untuk mengurus keluarga Anda,” lanjutnya. [Democrazy/okezone]