HUKUM PERISTIWA

Dapat Laporan Pakar Soal Kapal China Mulai Survei di Laut Natuna Utara, Kok TNI AL Malah Santai Saja?

DEMOCRAZY.ID
Oktober 06, 2021
0 Komentar
Beranda
HUKUM
PERISTIWA
Dapat Laporan Pakar Soal Kapal China Mulai Survei di Laut Natuna Utara, Kok TNI AL Malah Santai Saja?

Dapat Laporan Pakar Soal Kapal China Mulai Survei di Laut Natuna Utara, Kok TNI AL Malah Santai Saja?

DEMOCRAZY.ID - Pakar dari Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Imam Prakoso, melaporkan aktivitas kapal China di Laut Natuna Utara terkini.


Imam mengatakan, kapal China bernama Haiyang Dizhi 10 sudah mulai melakukan survei di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara.


Imam menampik anggapan bahwa kapal itu hanya sekadar melintas di ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara.


"Kalau melintas landasannya lurus. Tapi ini membentuk pola grid yang menyapu sebagian Laut Natuna Utara yang menjadi klaim ‘nine-dash-line’ mereka. Jadi tidak mungkin (kalau) tidak melakukan aktivitas penelitian, apalagi sudah satu bulan mondar-mandir di situ," tutur Imam pada 5 Oktober 2021.


Imam menambahkan, besar kemungkinan kapal itu sudah melakukan aktivitas selama sebulan penuh.


"Apalagi saat ini mereka isi perbekalan cukup dari gugusan pulau-pulau karang yang sudah dikuasai China,” ucapnya.


Aktivitas penelitian yang dilakukan kapal China itu, kata Imam, jelas harus seizin pemerintah Indonesia.


"Harus ada langkah jelas. Ada izin atau tidak. Kalau tidak ada, jelas itu ilegal karena kita punya aturan jelas mengenai kegiatan penelitian ilmiah di laut," sebutnya.


"Kalau ternyata betul melakukan penelitian, kita juga perlu meminta hasilnya karena itu dilakukan di wilayah kelautan Indonesia."


Di sisi lain, Kepala Dinas Penerangan Komando Armada I TNI AL Letnan Kolonel Laode Muhammad, belum menganggap kehadiran kapal China tersebut sebagai ancaman yang perlu diwaspadai.


Dia menilai, kapal itu hanya sekadar melintas di Laut Natuna Utara. 


"Laut Natuna Utara itu adalah pintu keluar masuk menuju ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) dan Selat Singapura. Jadi sangat memungkinkan kapal-kapal asing melintas, tidak hanya kapal China,” ujarnya.


Lebih lanjut, Laode mengatakan, dirinya tidak ingin situasi semakin panas jika menindak kapal tersebut secara tegas.


"Dalam hal hubungan antar-negara, kita harus menghindari konflik dan menahan diri. Kalau kita paksa naik ke kapal, mereka tidak terima itu, akan berdampak luar biasa,” ujarnya. [Democrazy/pk-ry]

Penulis blog