DEMOCRAZY.ID - MS membuka tabir kelam di lingkungan kerja Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Ia menjadi korban pelecehan seksual dan perundungan.
Ironisnya, peristiwa itu sudah berlangsung dan dialami pria tersebut selama bertahun-tahun sejak 2012.
Pelaku pelecehan seksual dan perundungan adalah rekan kerjanya penyuka sesama jenis.
Sampai akhirnya, MS berani buka suara setelah sembilan tahun lamanya.
MS pun memiliki alasan tersendiri baru berani bersuara kepada publik beberapa hari lalu.
Tapi ada sejumlah alasan yang membuat MS baru membuka tabir kebobrokan di internal KPI itu.
“Sebenarnya sudah dua tahun lalu korban menceritakan kisah ini kepada saya untuk kasus ini dibuka ke publik,” ungkap kuasa hukum MS, Mualimin, dikonfirmasi wartawan, Jumat (3/9/2021).
Akan tetapi, MS memilih mengurungkan niatnya dengan alasan tertentu.
“Tapi dia tidak siap dengan konsekuensi terbukanya kasus pelecehan ini ke publik,” bebernya.
Pertimbangan lain yang membuat MS tetap menyimpan dalam-dalam penderitaannya itu tidak lain adalah keluarganya.
Apalagi ibu MS sudah berusia lanjut. Sedangkan anak-anak MS juga masih kecil.
MS pun akhirnya berani speak up dan membulatkan tekadnya setelah ayahnya meninggal dunia.
“Dia tidak siap dengan konsekuensi sosial dari terbukanya kisah semacam ini,” papar Mualimin.
Namun, penderitaan yang sudah bertahun-tahun dipendam itu membuat MS tak kuat lagi.
Apalagi, pelecehan seksual dan perundungan pun terus diterimanya dari sesama rekan kerja di KPI.
“Terakhir dia sudah tidak kuat dan cerita lagi hal-hal terbaru,” kata dia.
Mualimin pun terus mendorong dan menguatkan MS agar lebih kuat untuk membeberkan kebobrokan ini.
“Makanya saya bilang ayo buka ini ke publik. Biar semua orang tahu ada kejadian ini,” ungkapnya.
Akhirnya, dengan seizin MS, Mualimin pun akhirnya membuka tabir kelam itu kepada publik.
Caranya, dengan menuliskan kisah MS dan dibagikan kepada awak media atas persetujuan MS.
“Sudah saya diskusikan, secara teknis saya yang menuliskan tapi berdasarkan keterangan dan persetujuan dia,” tandasnya. [Democrazy/pjs]