DEMOCRAZY.ID - Pakar asing, dr. Faheem Younus menyoroti kebijakan penerapan protokol kesehatan dalam kegiatan BRI Liga 1 Indonesia.
Diketahui pada 1 September 2021, akun media sosial BRI Liga 1 Indonesia mengunggah sebuah foto ketika Liga 1 akan berlangsung.
Foto yang diunggah oleh BRI Liga 1 itu memperlihatkan salah satu petugas yang melaksanakan salah satu protokol kesehatan tersebut.
Berdasarkan foto yang diunggah BRI Liga 1, terlihat seorang pria duduk di bangku berwarna hitam di pinggir lapangan sambil memegang bola.
Pria tersebut sedang menyemprotkan cairan disinfektan pada bola yang dipegangnya, yang merupakan bagian dari protokol kesehatan di BRI Liga 1.
"Memberikan cairan disinfektan pada bola merupakan salah satu protokol kesehatan yang diterapkan di pertandingan BRI Liga 1," tutur pihak BRI Liga 1, dikutip dari akun Twitter @Liga1Match.
Tak disangka, Pakar asing dr. Faheem Younus pun turut menyoroti kebijakan yang diterapkan BRI Liga 1 ini.
Kepala Klinik Penyakit Menular Universitas Maryland Amerika Serikat (AS) itu lalu mengunggah ulang foto tersebut yang tengah menyemprotkan disinfektan ke bola tersebut.
"Akhiri kegilaan ini. Terima Kasih," kata dr. Faheem Younus, Jumat, 3 September 2021, dikutip dari akun Twitter @FaheemYounus.
Tak hanya dr. Faheem Younus, warganet pun turut menyoroti foto yang diunggah akun twitter BRI Liga 1 tersebut.
Menurut salah satu warganet, kebijakan yang diterapkan BRI Liga 1 terlalu berlebihan karena bola pun disemprot disinfektan.
"Bri liga 1 terlalu berlebihan. Pemain dan staff udah 2x vaksin plus karantina mandiri tapi pas main bola masih disemprot. Bahkan selebrasi berkerumun pun dilarang," tulis salah seorang warganet di kolom komentar cuitan dr. Faheem Younus.
"Gak sekalian rumput disemprot juga disinfektan wkwk," saut warganet yang lain. Namun demikian, ada juga warganet yang meminta untuk melihat sisi lain karena dengan adanya orang lain yang mendapat pekerjaan.
"Look at the brighter side. One more person has a job (Lihat ke sisi yang lebih cerah. Satu orang telah mendapat pekerjaan)," kata salah seorang warganet. [Democrazy/sdr]