DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung menilai ambisi dan arogansi pemerintah bisa membahayakan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.
Rocky Gerung menilai pemerintah seolah tidak mempedulikan hal tersebut karena mereka memiliki tujuan ingin mempertontonkan kepada investor bahwa Indonesia masih menerima peluang untuk menerima sejumlah proyek dari negara asing.
"Pemerintah nggak peduli itu kan? Karena target pemerintah adalah mempertontonkan pada investor bahwa kita masih punya peluang untuk menerima proyek-proyek asing, dan itu sebetulnya membatalkan seluruh harapan kita bahwa dana yang dipakai itu betul-betul akan tiba di masyarakat," kata Rocky Gerung sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Rabu, 1 September 2021.
Rocky Gerung mengatakan sebaiknya pemerintah berterus terang jika masih ingin berhutang untuk berbagai proyek infrastruktur.
Akan tetapi, dia juga menjelaskan konsekuensi bahwa uang yang dicetak harus dibagi-bagikan kepada rakyat namun dengan risiko pemerintah tidak lagi menggunakan dana tersebut untuk pembangunan infrastruktur.
"Kalau misalnya mau jujur, bilang aja mau berhutang, kami cetak uang, tapi akan dikasih ke rakyat tanpa pretensi apa-apa, dibagi aja uangnya yang dicetak Bank Indonesia. Tetapi kalau itu dilakukan, pemerintah nggak mungkin pakai dana lagi untuk infrastruktur," ujarnya.
Rocky Gerung mengingatkan kepada pemerintah bahwa meminjam uang di luar negeri juga terdapat konsekuensi tingkat bunga yang tinggi pula.
Bahkan jika pemberi pinjaman mengetahui bahwa Indonesia membutuhkannya, tingkat bunga yang dipatok oleh pemberi pinjaman berpotensi akan semakin meningkat atau justru Indonesia tidak diberi pinjaman karena dianggap telah sering melanggar aturan atau perjanjian dalam berhutang.
"Karena itu sebaliknya dilakukan, minjem. Dan karena minjem di luar negeri itu pasti bunganya tinggi, karena pemberi pinjaman luar negeri tahu Indonesia butuh maka dinaikkan bunganya kan? Atau udah melanggar aturan sehingga nggak bisa lagi minjem sebanyak itu," katanya.
Rocky Gerung juga menyebut pemerintah seolah memaksa Bank Indonesia untuk membeli surat utang negara hanya demi mencetak uang.
Bahkan, dia mengatakan kebijakan burden sharing atas permintaan pemerintah terhadap Bank Indonesia untuk mencetak uang merupakan kebijakan publik terkait ekonomi yang tidak masuk akal.
"Jalan keluarnya nyetak duit kan dengan alasan Bank Indonesia itu disuruh beli surat berharga negara, bukan beli di pasar tapi dipaksa dibeli. Karena itu, pemerintah mendong BI 'Cetak duit lu, gua perlu duit! Kita burden sharing' padahal nggak ada istilah itu di dalam kemasukakalan pengaturan public policy," ujar dia.
Rocky Gerung menilai ambisi dan arogansi pemerintah dapat mengacaukan kinerja institusi keuangan di Indonesia.
Sikap pemerintah yang mengintervensi Bank Indonesia untuk mencetak uang demi infrastruktur akan membahayakan sistem perbankan secara keseluruhan secara jangka panjang.
"Nah ini sebetulnya yang membahayakan karena ambisi dan arogansi pemerintah justru membuat patah institusi keuangan kita. Tidak ada lagi istilah independensi Bank Indonesia, dan itu tuh akibatnya panjang ke dalam sistem perbankan secara keseluruhan," tuturnya. [Democrazy/dtk]