DEMOCRAZY.ID - Belakangan ini terjadi rentetan insiden penyerangan ustaz diberbagai tempat. Pengamat intelijen dan mliter melihat ada pola latar penyerang ustaz sampai sasaran serangan.
Kenapa seringnya penyerang ustaz itu orang gangguan jiwa ya?
Menkopolhukam dan MUI perlu segera bertindak supaya insiden seperti ini jangan terjadi lagi.
Insiden penyerangan ke ustaz belakangan ini terjadi. Dalam sepekan saja, terjadi beberapa kali penyerangan pada ustaz.
Di Tangerang, Ustaz Arman ditembak seseorang usai Salat Maghrib, akhirnya dia meninggal dunia.
Selanjutnya Ustaz Abu Syahid Chaniago diserang seseorang saat ceramah di masjid di Batam, terkini Ustaz Jamil dibegal di Bekasi, sampai harus duel dengan 6 begal.
Kenapa Penyerang Ustaz Orang Gangguan Jiwa?
Serangan menyasar ustaz ini jadi perhatian masyarakat lho.
Kok kejadian lagi, dan menduga-duga jangan-jangan penyerang ustaz itu nanti dikatakan gila seperti kasus yang sudah-sudah.
Pengamat militer dan intelijen, Fahmi Alfansi Pane mengatakan, dari segi waktu penyerangan sih tidak berpola ya.
Artinya penyerangan pada ustaz dilakukan kapan saja.
Fahmi menganalisis segi lainnya yang patut jadi perhatian, yaitu aspek sasaran, lokasi penyerangan, latar belakang penyerang, alat yang dipakai menyerang sampai dampak dari serangan itu apa sih.
Dari aspek sasaran, Fahmi melihat cukup banyak korban serangan yang merupakan ustaz baik nasional maupun lokal.
Sobat Hopers masih ingat kan 13 September tahun lalu Syekh Ali Jaber ditusuk seseorang, kemudian pada Juli tahun lalu imam masjid Al Falah Pekanbaru ditusuk juga.
“Sasarannya berlatar ustaz, dan lokasi biasanya tempat mengajar atau masjid,” ujar Fahmi, Kamis 23 September 2021.
Nah yang menarik adalah soal latar belakang penyerang ustaz, Fahmi mengatakan, biasanya penyerang ustaz yang sudah-sudah adalah orang yang secara psikologis tidak normal, artinya punya masalah kejiwaan.
Kenapa ya penyerang ustaz umumnya orang gangguan jiwa.
“Orang-orang ini terlihat bisa hidup normal, tapi mudah dipengaruhi atau dikendalikan tanpa menyadarinya,” jelasnya.
Dari aspek senjata atau alat untu menyerang ustaz, Fahmi memerhatikan, kasus yang sudah-sudah penyerang menggunakan alat sederhana misalnya pisau.
Walau sederhana tapi berisiko melukai dan bisa fatal kalau mengenai organ vital korban.
Fahmi menganalisis. pola penyerang mengalami gangguan kejiwaan dan pakai alat sederhana ini punya arti lho.
“Ini membuat pelaku dapat mengoperasikan serangan secara mandiri (dengan alat sederhana) sehingga bisa lebih mudah memutus hubungan jika ada yang mempengaruhinya,” jelas Fahmi.
MUI Bentuk Tim Pencari Fakta
Nah dampak dari serangan ini, kata Fahmi, yaitu tekana psikologis pada para pendakwah atau ustaz ataupun pemuka agama.
Dampaknya akan lebih meluas jika tidak segera ditangani dan diselidiki dengan lebih mendalam.
Fahmi meminta Kemenkopulhukam dan Majelis Ulama Indonsia (MUI) untuk turun gunung selesaikan persaoalan ini.
“Saya sarankan pemerintah, utamanya Menkopolhukam agar mengoordinasikan penyelidikan kasus-kasus ini lebih seksama. Saya juga meminta MUI agar membentuk tim pencari fakta. Lebih baik kita waspada dan bertindak antisipatif daripada membiarkan kejadian-kejadian serupa terulang lagi,” jelas Fahmi. [Democrazy/hops]